31 Mar 2012

PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM STUDI ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
Oleh Muhammad Hadidi
A.      Latar Belakang
Islam di masa lampau pernah mengalami kejayaan dibidang ilmu pengetahuan dan hampir menguasai lebih dari setengah wilayah bumi ini.  Kemudia pada perkembangannya mengalami kemunduruan. Kemunduran ini bisa disebabkan oleh bermacam-macam faktor. Salah satunya bisa disebabkan oleh hal yang mempengaruhi pola hubungan antara masyarakat Muslim dengan masyarakat yang menganut agama lain.
Pada masa awal agama Islam bisa menjalin hubungan yang harmonis dan bisa berdampingan dengan agama selain Islam dan bisa diterima dengan baik (maksudnya setelah penaklukan kota Mekkah pada haji wada’). Kemudian, pada perkembangannya bersitegang dengan kaum Nasrani dan Yahudi, maka konflik tersebut disebabkan sekedar oleh kesalahfahaman hubungan sosial yang membawa agama juga atau karena ada sebab lain. Hal inilah yang menyebabkan penulis menyusun makalah tentang Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam.
Meminjam teori yang dikemukakan oleh Pitirim Sorokin bahwa ilmu sosiologi merupakan ilmu mengenai hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial atau gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial dan ciri-ciri umum semua gejala-gejala sosial1).
Dari pengertian teori tersebut, penulis mencoba memahami Islam yang ada dimasyarakat sekarang bila dipandang dari persepektif sosiologi itu seperti apa.
B.       Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi kali ini penulis ingin lebih menekankan pada beberapa hal yang dianggap penting, diantaranya.
1.      Bagaimana Islam dan masyarakat saling berkaitan?
2.      Bagaimana perkembangan studi Islam?
3.      Bagaimana metode dan model pendekatan Sosiologis terhadap studi Islam?
4.      Bagaimana model penelitian sosiologis itu sendiri?
C.      Tujuan
Pembahasan mengenai materi kali ini tujuannnya untuk mengetahui beberapa hal, diantaranya:
1.      Mengetahui keterikatan Islam dan Masyarakat
2.      Memahami Studi Islam yang  berkembang dari masa awal muncul hingga sekarang
3.      Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memahami Islam tidak hanya lewat pendekatan normatis, tetapi lewat pendekatan historis,  salah satunya pendekatan sosiologis
4.      Menganalisis Islam melalui penelitian sosiologi
                                                                                                                        
1)        Soerjono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2006), hal 17.
BAB II
PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM STUDI ISLAM

  1. Islam dan Masyarakat
Islam datang di Indonesia sudah lebih dari lima abad, meskipun demikian pemahaman dan penghayatan tentang nilai-nilai keagamaan masih dipengaruhi budaya lokal (cenderung sinkretik). Hal tersebut dikarenakan historis di Indonesia, bahwasannya Islam datang setelah ajaran Hindu dan Budha menyebar dan berkembang di Indonesia. Sehingga patutlah bila nilai kebudayaannya masih mempengaruhi nilai-nilai keislamannya.
Islam pada masa itu mampu diterima di masyarakat Indonesia dan berkembang sangat pesat dikarenakan cara pendekatannya kepada lapisan masyarakat, baik lapisan atas maupun bawah dengan menggunakan jalur perdagangan, pernikahan, dan berdakwah. Sehingga begitu mudah diterima oleh masyarakat Indonesia saat itu.
Pada perkembangannya, Islam tumbuh dan diikuti dengan cepat. Hal tersebut dapat dilihat dari bangunan yang masih tersisa hingga saat ini. Seperti bangunan-bangunan masjid yang tersebar hampir ada di seluruh wilayah di Indonesia ini.
Clifford Geertz orang yang dipandang berhasil mengkategorikan Islam di Indonesia menjadi tiga golongan, yaitu abangan, priyayi, dan santri, dalam bukunya yang berjudul The religion of Java. Kemudian buku itu menjadi rujukan bagi para penulis sesudahnya. Namun, pengkategorian tersebut mendapat kritikan dari banyak pihak, karena patokan yang digunakan dianggap tidak konsisten.
Pada perkembangannya, masyarakat dunia saat ini sepertinya agak tegang bila sudah disinggungkan dengan Islam. Mungkin ini disebabkan adanya sikap keberagamaan (eksklusivisme, inklusivisme, pluralisme, eklektivisme, dan universalisme) yang terdapat di masyarakat. Adanya sikap keberagamaan itu menyebabkan pengikut masing-masing memiliki sikap kecenderungan terhadap pandangannya tersebut. Sehingga Islam yang dikenal sebagai “rahmatan lil ‘alamiin” menjadi terkoyak.
Pemahaman mengenai pandangan eksklusivisme yang memandang bahwa agama yang paling benar adalah agamanya dan menganggap agama lain salah. Sehingga pemilik paham ini menganggap masyarakat  yang menganut agama berbeda dengan agamanya patut untuk diperangi, karena dianggap telah mensekutukan Tuhannya. Pandangan ini berkebalikan dengan pandangan inklusivisme, inklusivisme berpandangan bahwa di dunia ini ada agama lain selain agama yang dipeluknya, juga terdapat kebenaran terhadap ajaran itu, meskipun tidak seutuh dan sesempurna agamanya.
Di sisi lain para pengikut pandangan pluralisme berpandangan, bahwa secara teologis agama secara realitas sejajar dengan agama-agama yang lain. Adapun eklektivisme berpandangan bahwa sikap keberagamaan yang berusaha untuk mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dianggap baik dan cocok untuk dirinya sehingga akhir dari sebuah agama adalah mozaik yang bersikaf elektik. Pandangan terakhir adalah universalisme beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.
Dari uraian di atas mengenai sikap keberagamaan yang muncul di masyarakat bisa menyebabkan reaksi sosial tersendiri dikalangan masyarakat, baik kaum Muslimin sendiri atau dari non-Muslim, maka pantaslah bila hal tersebut mendorong masyarakat tertarik untuk mempelajari Islam dari aspek lain.
Di  negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya Non-Muslim pada beberapa abad lalu sudah tertarik mempelajari Islam dari aspek sejarahnya, Al-Qur’an, al-Hadis, peradabannya, atau sosial budayanya.

  1. Perkembangan Studi Islam
Pendidikan Islam pada masa awal dilaksanakan di masjid-masjid. Mahmud Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekah dan Madinah (Hijaz), Basrah dan Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir).
Pada masa kejayaan Islam, studi dipusatkan di ibukota negara, yaitu Bagdad.  Di istana dinasti Bani Abbas pada zaman al-Makmun (813-833), putra Harun ar-Rasyid, didirikan Bait al-Hikmah, sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda (sebagai perpustakaan serta sebagai lembaga pendidikan dan penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab sebagai akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan (Harun Nasution,I,1985:68).
Studi Islam di negeri-negeri non Islam, ada sedikit variasi. Di Chicago University, misalnya, studi Islam menekankan pada pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah Klasik dan bahasa-bahasa Islam non-Arab. Secara organisatoris, studi itu berada di bawa pusat Studi Timur Tengah dan Jurusan bahasa dan kebudayaan Timur Dekat. Di Amerika studi-studinya menekankan pada studi sejarah, bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu sosial, berada dibawah pusat Studi  Timur Tengah atau Timur Dekat.
Di London, studi Islam digabungkan dalam school of Oriental and African Studies, fakultas mengenai studi Ketimuran dan Afrika, yang memiliki berbagai jurusan sastra dan budaya  Asia Afrika.
Di Kanada, studi Islam pertama bertujuan menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman nabi Muhammad hingga masa kontemporer, kedua memahami ajaran Islam dan masyarakat muslim diseluruh dunia, dan ketiga mempelajari berbagai bahasa Muslim seperti bahasa Persia, Urdu, dan Turki.
Di Universitas Damaskus, Syiria, yang memiliki banyak fakultas umum, studi Islam ditampung dalam kulliyatu al-Syaria’ah (Fakultas syari’ah), yang di dalamnya ada program studi ushuluddin, tasawuf, tafsir dan sejenisnya.   

  1. Pendekatan Sosiologis terhadap Perkembangan Islam
Sebelum membahas pendekatan sosiologis lebih jauh, maka akan ada baiknya bila secara singkat dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari sosiologi itu sendiri.
Auguste Comte (1798-1853), ilmuwan dari Prancis merupakan orang yang pertama kali memakai istilah “sosiologi”. Sosiologi, menurut Comte, harus dibentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi2).
Adapun sosiologi menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial3).
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu, menggambarkan tentang keadaaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berikatan.
Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,  mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari hal tersebut.



 

2)       ibid, hal 5
3)       ibid, hal 18
Pendekatan sosiologi melihat agama sebagai objek, baik berupa ajaran khususnya masyarakat Islam dalam kerangka teori-teori sosiologi. Misalnya, ayat-ayat tentang fakir-miskin dijelaskan dengan kerangka teori-teori kemiskinan yang terdapat
dalam sosiologi. Contoh lain, menjelaskan konflik antar umat beragama dijelaskan dengan faktor-faktor sosial seperti struktur, stratifikasi, dan interaksinya.
Melalui pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Jasa utama sosiologi terletak
pada kemampuannya menjelaskan hal-hal yang partikular ke dalam konsep yang abstrak dan sederhana –tanpa kehilangan makna esensialnya- serta melampauibatas-batas keberlakuan disiplin ilmu-ilmu sosial lainnya.
Dalam perspektif sosiologis, Islam melihat perkembangan masyarakat dalam kehidupan sosial terletak  sejauhmana semangatnya mamahami ajaran Islam. Semakin tinggi tingkat pemahamannya terhadap ajaran Islam maka semakin luas pula daya kreasinya dalam mengimplemtasikan ajaran terhadap kemajuan sosial. Masyarakat Islam akan menampakkan suatu kemajuan apabila individu-individu di dalamnya mengembangkan fitrahnya (sumberdaya manusia). Karena itulah individu akan  mencapai kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun di akhirat jika mampu menyelaraskan kepentingan hidup yang seimbang.
Ada empat pendekatan sosiologi yang dipergunakan dalam kerja ilmiah sosiologi3):
1.      Evolusionisme
Mencari pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda.
Contoh :
Paham Wahabi di Indonesia, bagaimana berkembang sama seperti paham Wahabi di Damaskus, Timur Tengah. Apakah pengaruh proses globalisasi akan sama mempengaruhi keluarga muslim di negara berkembang dengan yang ditemui di negara Barat.   
2.      Intraksionisme
Memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini terjadi bisa dengan menggunakan simbol-simbol atau Isyarat.


4)       Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam,(Bandung:Nuansa,2001),hal 109-110.
Contoh :
   Bulan-Bintang merupakan simbol bagi umat muslim, begitu juga dengan adanya masjid (tempat ibadah mereka), masjid menjadi simbol bahwa masyarakat setempat adalah pemeluk agama Islam. Adzan digunakan sebagai isyarat  (baca: memanggil) bagi kaum muslim untuk menunaikan ibadah sholat.
3.      Fungsionalisme
Masyarakat dipandang sebagai suatu jaringan kerja sama satu kelompok yang saling membutuhkan satu sama lain dalam suatu sistem yang harmonis. Salah satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya.
Contoh :
Hakim berperan dan berfungsi sebagai penegak keadilan. Ulama berperan sebagai orang yang diikuti ijtihadnya.
4.      Konflik
Merupakan reaksi keras terhadap pendekatan fungsionalisme di atas. Banyaknya analisa kaum fungsionalis yang melihat bahwa konflik adalah disfungsional bagi suatu kelompok. Pendekatan konflik berpendapat, bahwa “ masyarakat itu terikat kerja sama yang erat karena kekuatan kelompok atau kelas yang dominan. Ia mewariskan sebuah ketegangan yang terus-menerus dalam sebuah fenomena setiap kelompok ini memperhatikan dominasinya. Konflik yang sedang berlangsung dengan out-groups dapat memperkuat identitas para anggota kelompok.
Contoh :
Perang  bertahun-tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat identifikasi in-group negara Arab dan Israel, atau kaum Protestan dan Katolik di Irlandia Utara menjadikan negara tersebut lebih kuat dari sebelumnya. Hal itu karena konflik menjalankan fungsi positif dalam memperkuat identitas in-group.

  1. Model Penelitian Sosiologis dalam Studi Islam
Penelitian sosial atau social research pada umumnya dikaitkan pada masalah-masalah yang lebih abstrak sifatnya. Penelitian ini mempergunakan cara berfikir yang dalam jangka waktu lebih panjang. Dan berusaha memperoleh perspektif-perspektif yang lebar, agar orang mendapatkan prosedur dan teori-teori yang akurat.
            Riset sosial sangat berkepentingan dengan berbagai konsep ilmiah (yang didukung  oleh data empiris) mengenai pelbagai masalah sosial dan aspek kehidupan, seperti: konflik-konflik budaya,macam-macam bentuk kontrol sosial, proses asimilasi, adaptasi sosial, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh proses urbanisasi, sektarianisme dengan segala aspeknya, dinamika kelompok-kelompok sosial tertentu dan macam-macam gejala sosial lainnya.
            Riset sosial lebih menitik beratkan pada pengembangan pengetahuan mengenai kehidupan manusia dan mencoba memahami suatu sektor dari tingkah laku manusia dan satu faset dari lingkungan sosial.
Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif 5).
1.      Metode kualitatif
Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut tedapat dengan nyata di dalam masyarakat. Yang termasuk dalam metode ini yaitu metode historis, metode komparatif, dan metode studi kasus. Dalam penjelasannya bahwa
a.       Metode historis menggunakan analisis terhadap peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
b.      Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-akibat.
c.       Metode studi kasus (case study) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat.
2.      Metode kuantitatif
      Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, tabel, dan formula-formula yang semuanya mempergunakan olmu pasti atau matematika. Yang termasuk dalam metode ini yaitu:




 

5)       Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006), hal 42-44
a.      Metode Statistik
            Metode yang menggunakan cabang ilmu matematik yang membahas data baik secara deskriptif  berkenaan dengan ihktisar dan rekapitilasi, seperti ukuran-ukuran tendensi sentral, penyebaran, dan relasi, maupun secara inferensial berkenaan dengan sampling, signifikasi (penting dan berartinya) data, dan kesalahan-kesalahan observasi. (James P. Chaplin,1981)
b.      Sociometry
            Sociometry mempergunakan skala-skala dan angka-angka untuk mempelajari hubungan-hubungan antarmanusia dalam masyarakat. Jadi Sociometry adalah himpunan konsep-konsep dan metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubungan-hubungan antar
Manusia dalam masyarakat secara kuantitatif.






















 BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari utaian diatas jelaslah bahwa :
1.      Bahwa pendekatan Sosiologis memandang Islam sebagai objek yang memang tujuan awal Islam diturunkan untuk masyarakat
2.      Melalui pendekatan sosiologis, perkembangan Islam bisa dipahami dengan mudah dan dibuktikan dengan sangat akurat karena “peristiwa di sosiallah yang berbicara secara nyata”  
3.      Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,  mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari hal tersebut.
4.      Melalui peneletian metode kualitatif, Islam bisa dilihat dengan nyata keberadaan dan perkembangannya. Sedangkan melalui penelitian metode kuantitatif, Islam bisa dilihat dengan dijelaskan melalui angka-angka, tabel, dan kurva.

  1. Saran
Hal-hal yang dianggap penting bagi penulis buat para pembaca.
1.      Uraian diatas masih perlu adanya pengkajian secara mendalam lagi, sehingga mahasiswa Syari’ah mampu memahami Islam secara utuh, sempurna serta benar.
2.      Mahasiswa Syari’ah setelah mempelajari pendekatan sosiologis dalam studi Islam, diharapkan tidak hanya melihat dari satu sisi ketika menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat, tetapi memandang secara menyeluruh terlebih dahulu baru mengambil kesimpulan.










Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ishomuddin.2009. PowerPoint Materi Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Malang.
Mastuhu, dkk.2001.Tradisi Baru Penelitian Agama Islam;Tinjauan Antardisiplin Ilmu.Bandung;Nuansa.
Hakim, Nur.2004.Metodologi Studi Islam.Malang;UMM Press.
Hakim, Atang Abdullah dan Jaih Mubarak.1999.Metodologi Studi Islam.Bandung;PT Remaja Rosdakarya.
Mudzhar, Atho.2004.Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta;Pustaka Pelajar Offset.
Poloma, Margaret M.1984.Sosiologi Kontemporer.Jakarta;CV Rajawali.
Kartono, Kartini.1990.Pengntar Metodologi Riset Sosial.Bandung;Penerbit Mandav Maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar