5 Jun 2012


MALAKAH METODOLOGI PENELITIAN
METODE ANALISIS WACANA

Dosen Pengampu      : Drs. Khozin, MSi






Oleh    :
Muhammad Hadidi           (201010020311017)
Muhammad Arifudin              (09120037)
Edit Perdana                                 (09120052)
Anita Retno Sari               (201010020311004)
Husnul Khotimah              (201010020311006)



PROGRAM STUDI AL-AKHWAL ALSYAKHSYIYAH
JURUSAN SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam melakukan pengamatan terdapat banyak metode yang bisa diterapkan, salah satunya adalah dengan menggunakan metode analisis wacana, sebuah metode yang ditawarkan dalam melakukan penelitian-penelitian, terutama yang berkaitan dengan permasalahan social.
Selagi mempelajari metodologi penelitian sudah selayaknya penyusun juga merasa perlu mengetahui metode yang satu ini.
Selain hal tersebut di atas yang menjadi latar belakang bagi penyusun untuk mengkaji metode analisis wacana adalah kurang pahamnya penyusun mengenai metode tersebut.
Bukan dikarenakan penyusun tidak memiliki keinginan untuk mempelajari metode-metode yang bisa digunakan dalam penelitian, namun karena keinginan penyusun untuk bisa focus dalam mempelajari satu metode, supaya memperoleh hasil belajar dan kajian metode yang memuaskan bagi penyusun.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode analisi wacana?
2.      Apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan dari metode analisis wacana?
3.      Bagaimana Pendekatan yang digunakan dalam analisis wacana?
4.      Instrumen apakah yang diperlukan dalam analisis wacana?
5.      Tekhnik apakah yang digunakan dalam analisis wacana?
6.      Bagaimana keabsahan hasil analisis wacana?
7.      Apa perbedaan analisis wacana dan analisis isi kuantitatif

C.     Tujuan
Dikarenakan ketidak tahuan penyusun mengenai metode analisis wacana ini, dalam pembuatan karya ini penyusun memiliki tujuan, bisa menambah pengetahuan bagi penyusun secara pribadi maupun kepada pembaca tentang analisis wacana.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana adalah studi mengenai penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan dan menginterpretasikan adanya hubungan antara tatanan atau pola-pola dengan tujuan yang diekspresikan melalui unit kebahasaan tersebut.
Analisis wacana merupakan salah satu alternative dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif (yang lebih menekankan pada pertanyaan ‘apa’), Analisis wacana lebih melihat pada ‘bagaimana’dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Selain itu, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari sebuah teks melalui struktur kebahasaannya.
Analisis wacana dapat melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif. Hal ini bukan berarti metode ini lebih unggul , namun lebih menjelaskan bahwa setiap metode memiliki karakteristik tersendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya.

B.     Kelebihan dan Kelemahan Analisis Wacana
Kelebihan dari analisis wacana, Analisis wacana dapat diterapkan pada setiap situasi dan setiap subjek. Perspektif baru yang disediakan oleh analisis wacana memungkinkan pertumbuhan pribadi tingkat tinggi pemenuhan kreatif dan dapat membimbing seseorang untuk dapat berfikir kritis. Data yang ada dapat direkonstruksi untuk mengembangkan kerangka yang sudah ada sebelumnya. Tidak ada teknologi atau dana yang diperlukan tetapi analisis wacana dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam praktek-praktek lembaga, profesi, dan masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai suatu metode yang digunakan dalam meneliti masalah-masalah sosial, analisis wacana juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain :
1.      Pada saat menganalisis suatu wacana, sangat diperlukan kecerdasan dan keterampilan yang tinggi agar dapat memahami maksud dari pembuat wacana tersebut. Kita harus dapat mencerna makna dari masing-masing kata dan kalimat dari wacana tersebut sehingga pada akhirnya kita dapat memahami maksud atau isi dari wacana tersebut.
2.      Dalam menafsirkan suatu wacana tidak hanya dipertemukan pada masalah kebahasaan, tetapi juga dihadapkan pada problematika sosial, sehingga dalam memahaminya kita agak menemui kesulitan.
3.      Pemaknaan semakin rumit karena sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif, analisisis wacana ini juga memakai paradigma penelitian. Dengan demikian proses penelitiannya tidak hanya berusaha memahami makna yang terdapat dalam sebuah naskah, melainkan seringkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigma penelitian yang dipergunakan.
4.      Perlu menguasai teori politik, karena Discourse Analysis lebih banyak mengambil wacana politik dalam penelitiannya.
5.      Dalam penelitian dengan analisis wacana, kita cenderung harus lebih cermat dan amat teliti dalam memperhatikan semua aspek sekecil apapun itu.
6.      Analisis Wacana tidak memberikan jawaban yang pasti, tetapi akan menghasilkan wawasan atau pengetahuan yang didasarkan pada perdebatan dan argumentasi terus-menerus.
C.     Pendekatan dalam Analisis Wacana
1.      Pendekatan Formal
Pendekatan formal adalah pendekatan yang lebih mengutamakan keakuratan dan kesistematisan. Sehingga pendekatan formal dalam analisis wacana adalah pendekatan yang menitiberatkan pada analisis teks sebuah wacana. Hal ini sesuai dengan pandangan Pandangan kaum Positivisme-Empiris. Oleh penganut aliran ini, bahwa bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dari dirinya. Pengalaman- pengalaman manusia dianggap secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan logis, sintaksis dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris dan salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu memahami makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang paling penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantic. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari aliran positivisme-empiris tentang wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana lantas diukur dengan pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran (menurut sintaksis dan sematik).
2.      Pendekatan Kritis
Pendekatan kritis adalah pendekatan yang yang tidak hanya memperhatikan tentang kebenaran dan ketidakbenaran struktur sebuah wacana menurut kaidah sintaksis atau semantik, melainkan juga memperhatikan faktor-faktor lain diluar struktur teks. Hal ini didasari oleh pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi (pengontolan/peta) kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat dan bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri sipembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi (penggambaran dari pengalaman) yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada di dalam setiap proses bahasa : batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, dan topik apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek, dan berbagai tindakan reprenstasi (gambaran) yang terdapat dalam masyarakat. Karena memakai perspektif kritis, Analisis wacana itu juga disebut Analisis Wacana kritis (Critical Discourse Analysis).
D.    Instrumen yang Diperlukan dalan Analisis Wacana
1.      Kuisioner,  pada kuisioner dilakukan untuk menggali dan membandingkan data atau informasi yang diperoleh untuk digunakan sebagai bahan penelitian.
2.      Wawancara, wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data langsung dari narasumber untuk memperjelas data yang dibutuhkan.
E.     Tekhnik Melakukan Analisis Wacana
Dalam pelaksanaannya, analisis wacana untuk ilmu komunikasi ditempatkan sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dimaklumi dalam penelitian sosial, setiap permasalahan penelitian selalu ditinjau dari perspektif teori sosial (dalam hal ini teori-teori komunikasi). Analisis wacana sebagai metode penelitian sosial tidak hanya mempersoalkan bahasa (wacana) melainkan pula dikaitkan dengan problematika sosial.
Lebih dari itu, sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif, analisisis wacana ini juga mamakai paradigma penelitian. Dengan demikian proses penelitiannya tidak hanya berusaha memahami makna yang teradapat dalam sebuah naskah, melainkan acapkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigma penelitian yang dipergunakan.
Aplikasi analisis wacana dimulai dengan pemilihan naskah (text, talk, act, and artifact) dalam suatu bidang masalah sosial, misalnya naskah (:berita) tentang politik. Selanjutnya kita memilih tiga perangkat analisis wacana yang saling berkaita: perpektif teori, paradigma penelitian, dan metode analisis wacana itu sendiri. Dari penerapan ketiga perangkat tadi secara simultan terhadap naskah yang dipilih akan diperoleh hasil penelitian analisis wacana.
Untuk perspektif teori, dalam analisis wacana sebagai metode penelitian sosial lazimnya memakai dua jenis teori: teori substantif dan teori wacana. Teori substantif di sini adalah teori tertentu yang sesuai dengan tema penelitian, misalnya teori politik, teori kekuasaan, teori gender, teori ekonomi-politik, teori ideologi, dan sebagainya. Teori subtanstif diperlukan untuk menjelaskan bidang permasalahan penelitian analisis wacana dari perpektif teori yang bersangkutan.
Sebagai bagian dari penelitian kualitatif, analisis wacana mengenal lima paradigma penelitian: positivis, post positivus, konstruktif, kritis, dan partisipatoris dimana setiap paradigma memiliki karakteristik dan tuntutan yang berbeda-beda dalam proses dan jenis data yang mesti dikumpulkan (Denzin and and Lincoln, 2005). Dalam banyak hal, pemilihan paradigma ini sangat terkait dengan tujuan analisis wacana yang dirumuskan peneliti.
F.      Keabsahan Hasil Analisis Wacana
Obyektivitas hasil penelitian analisis wacana terletak pada konsistensi si peneliti mengaplikasikan suatu pendekatan teori, paradigma penelitian dan jenis riset serta metode analisis wacana. Selama ia mengacu sekuat tenaga pada peralatan riset tersebut dalam rangka menjawab permasalah dan membuktikan tujuan penelitian, maka hasil risetnya dapat dikatakan sudah obyektif. Oleh karena itu hindarilah opini pribadi dan selalulah memakai kriteria kualitas paradigma penelitian dan karakter metode analisis wacana yang dipakai sebelum, selama, dan sesudah penelitian dilakukan. Upaya untuk senantiasa konsisten dengan kriteria kualitas paradigma penelitian ini pada gilirannya bagian dari usaha peneliti menjaga validitas hasil penelitian analisis wacana sesuai paradigma masing-masing.
Analisis wacana hanya berupaya menerangkan kandungan isi naskah dan jika perlu beserta konteks atau hitorisnya tentang sebuah tema/isu yang dimuat dalam naskah tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian analisis wacana bersifat ideografis.
Analisis wacana mampu memberikan kemanfaatan yang tak sedikit kepada perubahan sosial termasuk di dalamnya saling pemahaman dalam hubungan antar bangsa. Di samping signifikansi sosial tersebut, penggunaan analisis wacana setidak-tidaknya menyadarkan para penafsir naskah untuk lebih bertanggung jawab atas “bacaan” yang dilakukannya, tidak semata-mata didasarkan atas pendapat pribadi melainkan dipandu oleh prinsip-prinsip methodologi penelitian secara konsisten dan bertanggung jawab.
G.    Perbedaan Analisis Wacana dan Analisis Isi Kuantitatif
1.      Analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibanndingkan dengan analisis isi yang umumnya bersifat kuantitatif. Analisis wacana menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar yang dipakai adalah interpretasi,karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti.
2.      Analisis isi kuantitatif umumnya membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata, sedangkan analisis wacana berpretensi memfokuskan pada pesan yang tersembunyi. Proses pemaknaan suatu pesan tidak hanya bisa hanya menafsirkan apa yang tampak nyata dalam teks, namun harus menganalisis dari makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana adlah pada muatan, nuansa, dan makna yang laten dalam teks media. Unsur penting dalam analisis wacana adalah penafsiran dimana tanda dan elemen yang ada dalam teks ditafsirkan secara mendalam oleh peneliti, sebagai sesuatu yang tidak terdapat dalam analisis isi kuantitatif.
3.      Analisis isi kuantitatif hanya mempertimbangkan ‘apa yang dikatakan’, tetapi tidak dapat menyelidiki ‘bagaimana ia dikatakan’. Dengan demikian, analisis wacana tidak hanya bergerak dalam level makro (isi dari suatu teks), namun juga bergerak dalam level mikro dalam penyusunan sustu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris.
4.      Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi.
Penekanan analisis wacana pada wacana adalah bentuk interaksi.Wacana berfungsi sebagai suatu pernyataaan, pertanyaan, tuduhan, atau ancaman. Bahkan dapat mendiskriminasi atau mempersuasi orang lain.
Analisis wacana termasuk dalam pendekatan konstruksionis, dimana ada 2 karakteristik penting, yakni proses pemaknaan dan penggambaran tentang suatu realitas (secara aktif), dan kedinamisan dalam proses kegiatan komunikasi.
Elemen-elemen struktur wacana antara lain (menurut van Dijk), Tematik (apa yang dikatakan), Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai), Semantik (makna yang ingin ditekankan), Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan), Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai), dan Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan).
Pada kesimpulannya, menganalisis isi media dengan metode analisis wacana lebih menekankan pada kedinamisan membuat penelitian dan penggambaran dari suatu teks berita dan pada akhirnya memberikan suatu pemaknaan secara lebih mendalam.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode analisis wacana adalah sebuah metode yang ditawarkan dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan masalah social. Sebagai suatu metode maka analsis wacana memiliki beberapa tekhnik, instrument yang diperlukan dan beberapa pendekatan.
Keabsahan dari hasil analisis wacana merupakan hal yang sangat sulit untuk dipegang, karena hasil dari analisis wacana sangat bergantung pada adu argument dan perdebatan yang terus-menerus terjadi.

B.     Saran
Karena hasil dari metode analisis wacana sangat tergantung pada tingkat obyektifitas peneliti, maka jika menggunakan metode ini dalam sebuah penelitian harus sebisa mungkin untuk obyektis.


















DAFTAR PUSTAKA
edukasi.kompasiana.com/2011/05/25/analisis-wacana-sebuah-metode/