24 Jan 2012


Ketidakpuasan dalam Kehidupan Perkawinan Karena Harapan dan Impian akan Romantisme
 Oleh
Muhammad Hadidi
Mahasiswa Jurusan syariah konsentrasi Family Law
Universitas Muhammadiyah Malang

“Harapan yang terlalu tinggi terhadap pasangan dan terhadap kehidupan perkawinan itu sendiri dapat menjadi bumerang bagi kelangsungan hidup perkawinan seseorang”
 Banyak orang terlalu cepat merasa tidak puas dalam kehidupan perkawinan yang mungkin baru saja dijalani beberapa saat. Seringkali mereka tidak sadar, bahwa mereka sendiri lah yang membuka peluang bagi ketidakpuasan tersebut karena sejak awal mereka sudah menaruh harapan dan impian yang terlalu tinggi baik terhadap pasangan maupun terhadap kehidupan perkawinan itu sendiri. Setelah mereka menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya, mereka lantas merasa kecewa dan mulai menyalahkan pasangannya.
Seringkali mereka lupa, bahwa ketidakmatangan pribadi mereka sendiri lah yang ikut mempengaruhi dinamika yang terjadi dalam menghadapi setiap persoalan rumah tangga. Lama kelamaan, karena masing-masing tidak berusaha untuk memperbaiki diri malah mencari hiburan dan kompensasinya sendiri, maka cinta yang menjadi pengikat di antara mereka semakin pudar. Bagaimana pun juga, jika dalam sebuah keluarga atau pun perkawinan sudah tidak diwarnai oleh perasaan cinta dan afeksi terhadap pasangan, mudah sekali timbul kebosanan di antara mereka. Jika kebosanan itu tidak segera ditanggulangi, maka lambat laun akan  mempengaruhi sikap dan perilaku interaksi serta komunikasi antara pasangan tersebut. Sikap apatis, pasif atau bahkan pasif-agresif bisa menjadi indikasi adanya masalah dalam kehidupan perkawinan seseorang. Emotional divorce banyak dialami oleh keluarga-keluarga mulai dari keluarga baru hingga keluarga yang sudah bertahun-tahun lamanya sehingga cinta kasih yang menggebu pada akhirnya padam dan menjadi dingin. Meskipun secara fisik pasangan suami istri tersebut tidak hidup secara terpisah (masih tinggal serumah), namun secara emosional sudah terdapat jarak yang membentang. Dengan pudarnya cinta di antara mereka, semakin longgarlah ikatan dan komunikasi di antara suami istri tersebut sehingga mendorong salah satu atau keduanya untuk mencari seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan, entah itu kebutuhan emosional maupun kebutuhan fisik seperti kebutuhan seksual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar