8 Mei 2012

Menjadi Lerawan Bangsa


Belajar Menjadi Lerawan…!!!!!
Muhammad Hadidi


Bencana alam. Kata ini seakan “melekat” erat di telinga warga Indonesia. Dalam sepuluh tahun belakangan ini, negara yang memiliki beribu-ribu pulau yang terbentang dari Sabang (Aceh) sampai Merauke (Papua) ini mengalami bencana alam yang amat dahsyat. Terhitung ada lebih dari tiga bencana alam dahsyat yang mengguncang negeri ini. Mulai dari gelombang Tsunami di akhir tahun 2004, kemudian gempa hebat di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Belum lagi peledakan bom oleh para teroris di Bali dan Jakarta. Belum lama ini terjadi gempa di Papua dan sekitarnya.  Serta bencana-bencana alam yang lain yang tentunya tidak semenakutkan bencana tadi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan terjadinya bencana seperti itu, banyak orang yang kemudian menjadi korban. Mulai dari korban yang sudah meninggal di tempat kejadian, luka-luka baik berat ataupun ringan, bahkan korban yang masih selamat dari bencana. Ada juga korban yang shock gara-gara keluarganya tidak ada yang selamat dari kejadian itu.
Dengan kondisi di atas, maka wajib bagi “negara” untuk sesegera mungkin menindaklanjuti bencana itu. Pekerjaan yang menanti bagi merekapun bermacam-macam. Ada yang tugasnya mengevakuasi korban yang sudah meninggal di tempat, adapula yang harus berjibaku menyelamatkan korban yang terluka. Maka, hal ini dibutuhkan sebuah profesi khusus dalam melaksanakan pekerjaan ini. Mereka tidak hanya dibekali sebuah keberanian, akan tetapi juga dalam hal mengorganisasikan. Tidak hanya tindakan secara praktis atau pragmatis, namun lebih ditekankan dalam hal sistematis dan fungsional. Tidak ada upah atau gaji bagi mereka yang melakukan amal ini, atas dasar keikhlasan menjadi pedoman dan kunci utama. Orang-orang dengan dedikasi, loyalitas dan rasa kemanusiaan tinggilah yang pantas menjabat profesi ini, yakni sang relawan.
Melihat kewajiban-kewajiban yang terasa amat berat bagi sang relawan, maka dirasa perlu untuk mendidik dan mengajarkan cara dan proses mengevakuasi korban bencana alam. Tidak semua orang bisa melakukan ini, karena dibutuhkan suatu keikhlasan. Pendidikan ini nantinya menjadi sebuah bekal khusus ketika mereka akan terjun ke dunia kerja, yakni dunia yang berinteraksi dengan bencana alam. Sehingga penanganan-penanganan korban bencana akan lebih efektif dan efisien. Efektifnya dilihat dari ketepatan pekerjaannya. Dengan dibantu oleh semakin banyak relawan, maka tugas seorang polisi dalam hal ini menjadi lebih berkurang. Sedangkan efisien, berarti menghemat tenaga-tenaga yang ada. Karena relawan ini merupakan pasukan negara yang bekerja atas dasar keikhlasan. Seorang relawan juga dituntut untuk selalu siap sedia dan siap siaga kapanpun dan dimanapun. Ketika terjadi sebuah bencana secara tiba-tiba, maka polisi langsung menggerakkan pasukan relawan tersebut untuk membantu menangani dan mengevakuasi korban yang ada.
Oleh karena itu, di awal perlu adanya program khusus dari pemerintah dalam hal pendidikan evakuasi korban bencana, baik dari segi persiapan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penyelesaiannya. Pendidikan yang dimaksud ini tak hanya berguna saat terjadi bencana, tetapi  dalam jangka panjang lebih menekankan pada pendidikan moral. Kenapa dikatakan bermoral, karena kata kunci dari pendidikan ini adalah keikhlasan. Sehingga, selain untuk menangani bencana alam hal ini sangat bermanfaat bagi diri pribadi yang kemudian menjadi pedoman hidup. Semoga program-program ini menjadi manfaat yang amat terasa bagi seluruh warga Indonesia, baik bagi pemerintah sebagai Ikon negara, maupun rakyat yang selalu membutuhkan tuntunan dari Ikon tersebut. Sebesar dan seburuk apapun bencana yang terjadi nantinya, akan lebih cepat ditangani jika relawan itu telah siap untuk terjun ke lapangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar