1 Apr 2012


Konservasi Kampoeng Djawa Berbasis Kearifan Lokal

Kawasan Pembelajaran dan Wisata Kampus



Merespon gejala nasional dan internasional dengan keberadaan lingkungan yang sudah semakin kritis, maka harus ada aksi nyata yang tidak hanya sekedar wacana yang ternyata tidak ada tindakan. Maka berangkat dari sinilah Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) yang sebagai lembaga pengabdian masyarakat milik UMM, menggalakkan program Konservasi Kampoeng Djawa dengan wahana konservasi kolam pancing dan flying fox yang dikemas dalam sebuah Kawasan Wisata dan Konservasi. Kawasan yang di buka untuk umum ini bekerja sama dengan Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) yang berdiri di bawah naungan PSLK.

Berdirinya kawasan ini bermula dari keinginan PSLK dan tim TEB untuk memberikan satu kawasan kecil dalam merespon perubahan lingkungan dan melakukan suatu program pendidikan untuk pembentukan budaya lingkungan. Maka PSLK bersama tim TEB melakukan rehabilitasi lahan yang sebelumnya adalah lahan gersang, dengan tanah berbatu dan penuh padang rumput. Lahan yang berpusat di bagian selatan stadion ini akhirnya dimanfaatkan sebagai tempat konservasi.

Hal tersebut disampaikan oleh Wahyu Prihanta, ketua Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK). Selanjutnya Wahyu menambahkan bahwa untuk kawasan konservasi itu sendiri sebagai sarana untuk mendidik orang lain tanpa harus diajari, “Misalnya saja dengan adanya peraturan tidak boleh merusak tumbuhan, hewan, tidak boleh membuang sampah jadi kita melatihnya dari tempat itu, orang itu kan kalau dibiasakan seperti itu akan muncul budaya,” jelas dosen jurusan biologi ini.

Sementara itu, Donny Eko Priyanto selaku ketua Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) juga mengatakan selain mengadakan kawasan konservasi ditengah kampus UMM, tim ini juga bergerak dalam penanaman tanaman tumbuhan sekitar jalan raya atau tumbuhan tepi jalan di kawasan kota batu. Dikarenakan banyaknya penebangan tanaman tepi jalan. “Yang melindungi, mempertahankan serta memperjuangkan adalah tim TEB dan sekarang sudah keluar UU tentang larangan penebangan tanaman tepi jalan dan akhirnya Peraturan Daerah (Perda) nya juga sudah dikeluarkan” papar mahasiswa semester delapan ini.



Desain Jawa Menjadi Ciri Khas

Program konservasi yang baru ditetapkan 15 Februari 2012 lalu oleh Mursidi, Pembantu Rektor II ini dibangun untuk mengenang orang-orang jawa zaman dulu dan dibangun memang berdasarkan desain jawa masa lalu yang menjadikan ciri khas utama sebagai Kawasan Kampoeng Djawa, di kawasan ini kita meniru bagaimana orang-orang jawa zaman dulu mengelola pekarangannya, bagaimana tentang perilaku orang jawa. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Mifatkhul Jannah, salah satu anggota TEB sekaligus pengelola kawasan konservasi. Dia menambahkan, biasanya orang-orang jawa zaman dulu tidak ingin membiarkan pekarangannya kosong maka ditanami apa saja yang bisa dimanfaatkan, seperti halnya menanam singkong, cabe, papaya, jahe, ketela dan banyak lagi yang lainnya, “Jadi kalau misalnya mau memasak tinggal memetik dari pekarangannyas endiri tidak perlu lagi membeli di pasar,” tutur mahasiswi alumnus jurusan Pendidikan Biologi ini.

            Di Kawasan Kampoeng Djawa ini juga disediakan tempat penginapan yang didesain seperti rumah jawa zaman dulu yang terbuat dari bambu. Tempat ini biasanya dijadikan tempat inap untuk anak-anak TEB ketika mengelola kawasan ini, selain itu dalam rumah jawa ini juga terdapat kompor djawa zaman dulu yang memakai kayu bakar. Namun kata Miftakhul setelah di analisis ternyata kompor ini juga memiliki sebuah kelebihan, salah satunya adalah abu bekas kayu bakar ini bisa digunakan sebagai pupuk kemudian asapnya mampu mengawetkan bambu-bambu rumah, “Karena disini kita ingin menerapkan teknologi pedesaan zaman dulu,” papar perempuan asal lumajang ini.



Beragam Flora dan Fauna

Pelestarian lingkungan yang berbasis kearifan lokal Jawa ini juga terdapat sebuah tempat rumah pohon yang fungsinya bisa digunakan sebagai tempat perkuliahan, kunjungan dan tempat konservasi. Sedangkan disini juga tersimpan beragam flora dan fauna, terdapat tumbuhan-tumbuhan lokal dan spesies-spesies hewan khas Indonesia. Dalam konservasi ini semua hewan adalah pemakan tumbuhan dan biji. ”Kalau pemakan daging kan susah sekali, kalau misalnya kita telat memberi makan nanti malah temannya yang di makan“ Ungkap Miftahul saat dikunjungi di tempat konservasi.

Disinikarakternya yang dibangun.Setiap habitat di dalamnya dibiarkan tumbuh dan berkembang secara alami, mereka dibiarkan berkeliaran di kawasan. “Inilah yang menjadi konsep utama Konservasi Kampoeng Djawa,” tambahnya.

Tempat konservasi yang dirasakan sangat menarik. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Laila Khoirotun Nisa. Dia mengungkapkan tempat ini terasa nyaman dan indah dalam membudidayakan hewan dan tumbuhan, “Tempat ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan fauna negeri Indonesia meski dalam skala kecil” jelas mahasiswa jurusan agroteknologi itu.

Berbeda dengan Laila, Nur Karimah mahasiswa asal Ciamis ini mengatakan bahwa kawasan ini mengajarkan tentang kesederhanaan orang jawa jaman dulu, “Sayangnya, banyak pula mahasiswa yang belum sepenuhnya mengetahui tempat konservasi ini,” keluhnya.



Belajar Sekaligus Berwisata

Selain membangun konservasi, tempat ini juga dijadikan sebagai tempat wisata kampus sekaligus untuk wisata pembelajaran bagi pengunjung. Untuk pengunjung sekolah yang resmi dari berbagai kota dari usia TK, SD, SMP dan SMA untuk saat ini sudah mencapai 20 lebih. Dalam pembelajarannya, anak TK akan diberi materi yang sederhana, kalau anak SD dan SMP maka akan diberitahukan tentang manfaat dan bagaimana tumbuhan dan hewan berperan dalam kehidupannya, serta sesuai kurikulum yang ada. Setelah bermain sambil belajar kemudian akan di ajari untuk memberikan makan kepada hewan, cara menanam dengan memberikan sedikit materi kemudian dilanjutkan untuk ke tempat konservasi kolam pemancingan, setelah itu ke tempat flying fox serta berkeliling kampus. “Biasanya anak-anak akan bosan kalau hanya untuk belajar saja makanya makanya ditambah flying fox dan ke tempat pemancingan agar mereka bisa bermain sambil belajar,” ujar Miftakhul mengakhiri. M_nik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar