1. Friedrich Schleiermacher (1768 –
1834 )
Seorang
ahli teologi bisa menjadi tokoh yang terkenal melalui dua jalur : secara lisan
dengan membina mahasiswanya dalam ruangan kuliah atau jemaatnya melalui mimbar
gereja, atau secara tertulis melalui publikasi.
Nasib Ilmiah
Schleiermacher, sebagai pendeta muda, yang lahir di besarkan dalam kota kecil di Jerman, dia pindah ke kota
metropolitan Berlin
pada tahun 1796. Di sana
dia ditugaskan antara lain untuk memberikan bimbingan rohani di salah satu
rumah sakit. Di Berlin dia bergaul secara luas dalam kalangan tokoh sastra,
seniman dan budayawan, yang ketika itu mempunyai konsepsi yang agak negatif
terhadap agama. Sebagai juru dakwah yang cukup pandai membela pandangannya
dalam kalangan ini, dia diminta untuk
menyusun sebuah buku yang merumuskan pandangannya. Buku ini diterbitkan
pada tahun 1799 dengan judul : Reden Uber die Religion and die Gebildeten Unter
ibren Verachtern, atau “Uraian – uraian tentang agama kepada para Cendekiawan,
yang menghina agama itu “ . Pada cetakan pertama dia belum berani untuk
mengumumkan namanya dan masih memakai nama samaran. Buku cukup laku dan masih
dicetak tiga kali sewaktu ia hidup ( pada tahun 1805, 1821 dan 1831 ), dan
tetap diterbitkan sampai abad ke 20 ini, baik dalam bentuk aslinya maupun
tejemahannya.
Schleiermacher
melalui pergaulannya menyadari, bahwa konteks zamannya memerlukan suatu rumusan
agama Kristen yang baru. Dia tidak mau mengambil jalan kembali kepada teks
kitab suci, Ilmu Tafsier modern belum begitu berkembang pada zamannya. Dia juga
tidak hendak mengambil filsafat dan akal sebagai dasar pembicaraannya menganai
agama. Sejalan dangan selera zamannya dia mengambil emosi, perasaan manusia
sebagai dasar. Teologi, menurut dia, mulai dengan analisa diri sendiri yang
dilakukan oleh orang yang ( hendak ) beriman.
2. Ferdinand Christian Baur ( 1792 –
1860 )
Dia
pernah belajar di Kota Mahasiswa yang tenang, Kota Tubingen, sebuah kota kecil
di Jerman Barat, Kota kecil memiliki sebuah Universitas yang besar dan
bersejarah, dan Dia juga sejak tahun 1825 diangkat menjadi mahaguru di sana
sampai wafatnya.
Study
yang pertama, yang cukup menghebohkan, diterbitkan pada tahun 1831. dalam
sebuah artikel yang sangat panjang, Baur membela pendapatnya bahwa sejarah
periode awal Kristen harus ditafsirkan secara sistematika Filsafat Hegel :
tesis, anti tesis, sintesis (sebuah perkembangan dilanjutkan oleh perkembangan
yang justru merupakan lawannya, tetapi akhirnya dalam fase ketiga terjadi
sintesis diantara dua fase yang brtentangan ini). Fase pertama dalam sejarah
Kristen disebut Fase Petrus atau jenis kristren yang masih dekat sekali
dengan umat yahudi. Dalam fase ini Kristen masih merasa terikat kepada sariat
yahudi, yaitu hukum Taurat. Dalam periode ini mereka juga mengikuti umat yahudi
dalam harapan / dugaan bahwa hari kiamat akan datang dengan cepat. Sebagai
specimen yang khas dari periode ini, diambil bagian terakhir (dalam cetakan
sekarang) dari perjanjian baru, yaitu wahyu kepada yohanes.
Sesudahnya
timbul fase kedua, yang sebenarnya suatu lawan dari fase yang pertama. Periode
ini bisa disebut periode Paulus, atau periode orang Kristen yang berasal
dari non yahudi. Dalam kelompok ini tidak lagi ditemukan sikap taat terhadap
Taurat, malah unsur yahudi dalam Kristen dianggap sebagai tidak diperlukan
lagi. Kristen juga tidak lagi terbatas kepada keturunan yahudi, tetapi menjadi
agama Universal. Dalam surat Paulus yang paling
penting (kepada jmaat di Roma,
Galatia, dan
Korintus) ide – ide dari fase kedua diuraikan sangat lengkap. Akhirnya timbul
fase ketiga, dimana pertentangan diatasi sehingga sesudah konflik timbul
perdamaian dan harmoni. Dalam Injil Yohanes dan dalam karangan Lukas, yang
disebut kisah Rasul – Rasul, memang diberikan sebuah sintesa, dimana semua
pertengtangan sudah diatasi. Sintesa ini juga timbul karena umat Kristen awal
harus membela identitasnya melawan ajaran gnosis yang mencari ma’rifat yang
tidak terikat kepada hal – hal Duniawi.
Dalam
teori – teori yang dikembangkan oleh F C Baur dengan simplikasinya bahwa
Paulus, dan bukan Yesus, yang harus dianggap sebagai pendiri agama Kristen.
3. Dr. Abraham Kuyper ( 1837 – 1920 )
Dia
pendeta, Pengarang, gurubesar pada Universitas bebas di Amsterdam, dia juga pernah mehjabat sebagai
perdana menteri. Dialah yang telah menghidupkan kembali theologi Calvinis yang
lama bagi banyak anggota Gereja, bahkan yang pernah pula merebut tempat
kehormatan untuk Calvinisme di tengah – tengah Dunia ini yang telah menjauhkan
diri sama sekali dari asas – asas dan cita – cita calvinis. Demikianlah Kuyper berpengaruh besar dan baik
di masyarakat Belanda, yang telah hanyut dalam arus Liberalisme. Di segala
lapangan hidup kedengaranlah suaranya yang menggembirakan, sehingga di mana –
mana semangat calvinis berkobar lagi. Akan tetapi kuyper sadar benar – benar
bahwa calvinisme itu membutuhkan bentuk baru di Dunia liberal ini. Kesadaran
itu ternyata dalam Kitab – kitabnya “
tentang rahmat umum” , “Calvinisme” ( suatu rentetan uraian – uraian yang
diucapkan kuyper di Amerika ) dan dalam kitab theologinya yang terpenting
“Encyclopedia Theologia Sutji”.
Dasar
pikiran kuyper dalam kitab – kitab itu ialah kenyataan yang berdasarkan
pengalaman, bahwa manusia terbagi menjadi dua macam : yang telah diperanakkan
kembali dan yang belum diperanakkan kembali. Kelahiran kembali itu adalah
suatu proses yang tiada disadari, yang menyatakan diri dalam hidup sadar
sebagai pengakuaan bahwa Al Kitab adalah firman Tuhan. Dengan pandangakan itu
kuyper mengambil dasarnya pada asas theologi yang subjektif ( yaitu kelahiran
baru orang soleh ) dan dari sana
ia melangkah kepada asas theology yang objektif ( yaitu pernyataan Tuhan dalam
firman Nya ). Tetapi sudah tentu dasar theologinya yang subjektif itu dimana –
mana menampakkan perbedaannya Calvin. Injil dijadikan suatu pandangan dunia
yang mulia secara Calvinis. Dengan dasar itu tak mungkin lagi bagi kuyper untuk
mengaku tuntutan theokratis dari firman Allah terhadap hidup Negara dan
masyarakat, karena orang yang belum lahir kembali memang tak mengerti tuntutan
tersebut. Negara gereja calvin di Djenewa dianggapnya suatu sisa dari abad
–abad pertengahan. Atas ihtiar dan desakan kuyper maka pada tahun 1905 gereja
Gereformeerd di belanda menghapuskan satu kalimat dari pasal 36 pengakuan iman
Belanda ( Confessio Belcia ) yang didalamnya dikatakan bahwa tugaspemerintah
antara lain ialah ; mencegah dan membasmi segala ibadat kepada berhala dan
agama palsu, untuk merubahkan kerajaan antikrist.
Theology
kuyper itu menjadi dasar politik gereja kuyper. Ia sangat melawan gereja
rakyat, segala orang Kristen yang diperanakkan kembali, segala pengaku –
pengaku kristus yang benar, hendaknya berkumpul dalam sebuah gereja bebas,.
Maksudnya supaya bagian rakyat yang calvinis mengasingkan diri dari masyarakat
besar dalam lingkungan calvinisnya sendiri, dimana hormat Allah disegala
lapangan hidup diakui dan dijadikan sepenuh – penuhnya. Ter kenal dengan nama
Theologi kelahiran kembali( oleh Muhammad Hadidi).
Reference:
1. Perkembangan Teologi Dalam Dunia
Kristen Modern
Karel A. Steenbrink
Cetakan pertama Oktober 1987
IAIN Sunan kalijaga Press
Yogyakarta
2.
Sejarah Gereja
Dr H Berkhof
Cetakan ke 4
P.D GRAFIKA Prop DJABAR
Bandung
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar