rn Sebagian wanita muslimah yang tidak berhijab, mengulang-ulang
syubhat yang rnintinya, tidak ada yang disebut hijab secara hakiki, ia
sekedar mode. Maka, jika rnitu hanya mode, kenapa harus dipaksakan untuk
mengenakannya? Mereka lalu rnmenyebutkan beberapa kenyataan serta
penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian rnukhti ber-hijab yang pernah
mereka saksikan. Sebelum membantah syubhat ini, kami rnperlu mengetengahkan,
ada enam macam alasan yang karenanya seorang ukhti rnmengenakan hijab.
rn
Pertama, ia ber-hijab untuk menutupi sebagian cacat tubuh yang
dideritanya. rn
rn
Kedua, ia ber-hijab untuk bisa mendapatkan jodoh. Sebab sebagian
besar rnpemuda, yang taat menjalankan syari'at agama atau tidak, selalu
mengutamakan rnwanita yang berhijab.
rn
Ketiga, ia ber-hijab untuk mengelabui orang lain bahwa dirinya
orang rnbaik-baik. Padahal, sebenarnya ia suka melanggar syarilat Allah.
Dengan rnber-hijab, maka keluarganya akan percaya terhadap kesalihannya,
orang tidak rnragu-ragu tentangnya. Akhirnya, dia bisa bebas ke luar rumah
kapan dan ke mana rndia suka, dan tidak akan ada seorang pun yang
menghalanginya.
rn
Keempat, ia memakai hijab untuk mengikuti mode, hal ini lazim
disebut dengan rn''hijab ala Prancis''. Mode itu biasanya menampakkan
sebagian jalinan rambutnya, rnmemperlihatkan bagian atas dadanya, memakai rok
hingga pertengahan betis, rnmemperlihatkan lekuk tubuhnya. Terkadang memakai
kain yang tipis sekali sehingga rntampak jelas warna kulitnya, kadang-kadang
juga memakai celana panjang. Untuk rnmelengkapi mode tersebut, ia memoles
wajahnya dengan berbagaimacam make up, juga rnmenyemprotkan parfum, sehingga
menebar bau harum pada setiap orang yang rndilaluinya. Dia menolak syariat
Allah, yakni perintah mengenakan hijab. rnSelanjutnya lebih mengutamakan
mode-mode buatan manusia. Seperti Christian Dior, rnValentine, San Lauren,
Canal, Cartier dan merek dari nama-nama orang-orang kafir rnlainnya.
rn
Kelima, ia ber-hijab karena paksaan darikedua orang tuanya yang
mendidiknya rnsecara keras di bidang agama, atau karena melihat keluarganya
semua ber-hijab, rnsehingga ia terpaksa menggunakannya, padahal dalam hatinya
ia tidak suka. Jika rntidak mengenakan, ia takut akan mendapat teror dan
hardikan dari keluarganya. rnGolongan wanita seperti ini, jika tidak melihat
ada orang yang mengawasinya, rnserta merta ia akan melepas hijabnya, sebab ia
tidak percaya dan belum mantap rndengan hijab.
rn
Keenam, ia mengenakan hijab karena mengikuti aturan-aturan
syari'at. Ia rnpercaya bahwa hijab adalah wajib, sehingga ia takut
melepaskannya.Ia berhijab rnhanya karena mengharapkan ridha Allah, tidak
karena makhluk. Wanita ber-hijab rnjenis ini, akan selalu memperhatikan
ketentuan-ketentuan ber-hijab, di rnantaranya:
a. Hijab itu longgar, sehingga tidak membentuk lekuk-lekuk tubuh. rn
b. Tebal, hingga tidak kelihatan sedikit pun bagian tubuhnya.
c. Tidak rnmemakai wangi-wangian.
d. Tidak meniru mode pakaian wanita-wanita kafir, rnsehingga wanita-wanita
muslimah memiliki identitas pakaian yang dikenal.
e. rnTidak memilih wama kain yang kontras (menyala), sehingga menjadi pusat
perhatian rnorang.
f. Hendaknya menutupi seluruh tubuh, selain wajah dan kedua telapak rntangan,
menurut suatu pendapat, atau menutupi seluruh tubuh dan yang tampak rnhanya
mata, menurut pendapat yang lain.
g. Hendaknya tidak menyerupai rnpakaian laki-laki, sebab hal tersebut
dilarang oleh syara'.
h. Tidak memakai rnpakaian yang sedang menjadi mode dengan tujuan pamer
misalnya, sehingga ia rnterjerumus kepada sifat membanggakan diri yang
dilarang agama.
rn
Selain ber-hijab yang disebutkan terakhir (nomor enam), maka
alasan-alasan rnmengenakan hijab adalah keliru dan bukan karena mengharap
ridha Allah. Ini bukan rnberarti, tidak ada orang yang menginginkan ridha
Allah dalam ber-hijab. rnBer-hijablah sesuai dengan batas-batas yang
ditentukan syari'at, sehingga anda rntermasuk dalam golongan wanita yang
ber-hijab karena mencari ridha Allah dan rntakut akan murkaNya.
rn
I. SYUBHAT KEDELAPAN: MENGHALANGI BERHIAS
rn
Syubhat ini -sebagaimana yang terdahulu- lebih tepat disebut
syahwat daripada rnsyubhat. Ia adalah nafsu buruk, sehingga menghalangi para
wanita ber-hijab. rn
Tetapi wanita yang menurutkan dirinya di belakang nafsu ini. Patut kita
rnpertanyakan: ''Untuk siapa engkau pamer aurat? Untuk siapa engkau
berhias?'' Jika rnjawabannya: ''Aku memamerkan tubuhku dan bersolek agar
semua orang mengetahui rnkecantikan dan kelebihan diriku,'' maka kembali kita
perlu bertanya:
''Apakah rnkamu rela, kecantikanmu itu dinikmati oleh orang yang dekat dan
yang jauh rndarimu?''
''Relakah kamu menjadi barang dagangan yang murah, bagi semua orang, rnbaik
yang jahat maupun yang terhormat?''
''Bagaimana engkau bisa menyelamatkan rndirimu dari mata para serigala yang
berwujud manusia?''. ''Maukah kamu, jika rndirimu dihargai serendah itu?''
rn
1. Kisah Nyata
Seorang artis terkenal, mengadakan lawatan di salah satu rnnegara teluk,
untuk memeriahkan sebuah pesta malam kolosal di negara tersebut. rnBersama
grupnya, ia akan menggelar konser spektakuler.
Salah seorang wanita rnshalihah menghubungi artis tersebut via telepon. Ia
akan melaksanakan tugas amar rnma'ruf nahi munkar. Segera ia mencari nomor
telepon kamar di hotel tempat artis rnitu menginap. Setelah menemukannya, ia
segera menghubungi.
rn
Selanjutnya tejadilah dialog seperti di bawah ini:
Ukhti: ''kami ucapkan rnselamat atas kedatangan anda di negeri kami. Kami
senang sekali atas kehadiran rnanda disini. Kami ingin mengajukan beberapa
pertanyaan kepada anda, saya harap rnanda sudi menjawabnya.''
Artis: '' Dengan segala senang hati, silahkan anda rnbertanya!''
Ukhti: ''Jika anda memiliki barang yang berharga, dimana anada akan
rnmeletakkannya?''
Artis:''Di tempat yang khusus, aku akan menguncinya sehingga rntidak
seorangpun bisa mengambil.''
Ukhti:''Jika sesuatu itu barang yang amat rnberharga sekali, di mana anda
akan menyembunyikannya?''
Artis:''Di tempat yang rnsangat khusus, sehingga tak ada satu tangan pun bisa
menyentuhnya.''
Ukhti: rn''Apakah sesuatu yang paling berharga yang dimiliki oleh seorang
wanita?'' rn
Artis : ''(Lama tidak ada jawaban)
Ukhti: Bukankah kesucian dirinya rnsesuatu yang paling berharga yang ia
miliki?''
Artis : ''Benar….Benar, sesuatu rnyang paling berharga dari milik wanita
adalah kesuciannya.''
Ukhti: 'Apakah rnsesuatu yang amat berharga itu boleh dipertontonkan dimuka
umum?''
Dari sini rnartis itu mengetahui kemana arah pembicaraan selanjutnya. Ia
tercenung beberapa rnsaat, lalu berteriak riang, seakan suara itu dari lubuk
fithrahnya. Ia rntersadarkan.
Artis: ''Ini sungguh ucapan yang pertama kali kudengar selama rnhidupku. Saya
harus bertemu anda, sekarang juga! Saya ingin lebih banyak rnmendengarkan
petuah-petuah anda''.
rn
Wahai ukhti, jika engkau menampakkan auratmu dan bersolek demi
suamimu atau rndi depan sesama kaummu maka hal itu tidak mengapal selama
tidqk keluar dari rnrumah. Jika antar sesama wanita, maka hendaknya engkau
tidak menampakkan aurat rnyang tidak boleh dilihat sesama wanita, yakni
antara pusar dengan lutut.
rn
2. Perumpamaan
Saudariku, engkau amat mahal dan berharga sekali. rnPernahkah terlintas dalam
benakmu, bagaimana seorang pembeli membolak-balik rnbarang yang ingin
dibelinya? Jika ia tertarik dan berniat membelinya, ia akan rnmeminta kepada
sang penjual agar ia diambilkan barang baru sejenis yang masih rntersusun di
atas rak. Ia ingin agar yang dibelinya adalah barang yang belum rnpemah
tersentuh oleh tangan manusia.
Renungkanlah perumpamaan ini baik-baik. rnDari sini, engkau akan tahu betapa
berharganya dirimu, yakni jika engkau rnmenyembunyikan apa yang harus engkau
sembunyikan sesuai dengan perintah Allah rnkepadamu.
rn
J. SYUBHAT KESEMBILAN: HIJAB MENCIPTAKAN PENGANGGURAN SEBAGIAN SDM
DI rnMASYARAKAT
rn
Syubhat ini tidak begitu populer di kalangan wanita tak ber-hijab,
tetapi ia rnamat sering dilontarkan oleh orang-orang sekuler dan para
pendukungnya. Menurut rnmereka, hijab wanita akan menciptakan pengangguran
sebagian dari SDM (Sumber rnDaya Manusia) yang dimiliki oleh masyarakat.
Padahal Islam menyuruh para wanita rnagar tetap tinggal di rumah.
rn
Syubhat yang sering kita dengar ini, dapat kita sanggah dengan
beberapa rnargumentasi:
Pertama, pada dasarnya wanita itu memang harus tetap tinggal di rnrumahnya.
Allah berfirman:
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah rnkamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah terdahulu.'' rn(Al-Ahzab: 33)Ini
bukan berarti melecehkan keberadaan wanita, atau tidak rnmendayagunakan
SDM-nya,tetapi hal itu merupakan penempatan yang ideal sesuai rndengan kodrat
dan kemampuan wanita.
rn
Kedua, Islam memandang bahwa pendidikan anak, penanaman
nilai-nilai akhlak rndan bimbingan terhadap mereka sebagai suatu kewajiban
wanita yang paling hakiki. rnBerbagai hasil penelitian, yang dikuatkan oleh
data stastitik, baik yang rnberskala internasional maupun nasional
menunjukkan berbagai penyimpangan rnanak-anak muda, faktor utamanya adalah
''broken home'' (keruntuhan rumah tangga) rnserta kurangnya perhatian orang
tua terhadap anak-anaknya.
rn
Ketiga, Islam tidak membebani wanita mencari nafkah. Mencari
nafkah adalah rntugas laki-laki. Karena itu, secara alamiah, yang paling
patut keluar rumah rnuntuk bekeja adalah laki-laki, sehingga wanita bisa
sepenuhnya mengurus rnpekerjaan yang justeru lebih penting daripada jika ia
bekerja di luar rumah, rnyaitu mendidik generasi muda. Dan sungguh, tugas
paling berat dalam masyarakat rnadalah mendidik generasi muda.Sebab,
daripadanya akan lahir tatanan masyarakat rnyang bak.
rn
Keempat, Islam sangat memperhatikan perlindungan terhadap
masyarakat dari rnkehancuran. Pergaulan bebas, (bercampumya laki-laki dengan
perempuan tanpa rnhijab) dan sebagainya menyebabkan lemahnya tatanan
masyarakat serta menjadikan rnwanita korban pelecehan oleh orang-orang yang
lemah jiwanya. Dan dengan rnpergaulan yang serba boleh itu, masing-masing
lawan jenis akan disibukkan oleh rnpikiran dan perasaan yang sama sekali tak
bermanfaat, apalagi jika ikhtilath itu rnoleh pihak wanita sengaja dijadikan
ajang pamer kecantikan dan perhiasannya. rn
rn
Kelima, Islam tidak melarang wanita bekeja. Bahkan dalam kondisi
tertentu, rnIslam mewajibkan wanita bekeja. Yakni jika pekejaan itu memang
benar-benar rndibutuhkan oleh masyarakat demi mencegah madharatl Seperti
profesi dokter rnspesialis wanita, guru di sekolah khusus wanita, bidan serta
profesi lain yang rnmelayani berbagai kebutuhan khusus wanita.
rn
Keenam, dalam kondisi terpaksa, Islam tidak melarang wanita
bekeja, selama rnberpegang dengan tuntunan syari'at. Seperti meminta izin
kepada walinya, rnmenjauhi ikhfilath, khalwat (berduaan dengan selain
mahram), profesinya bukan rnjenis pekerjaan maksiat, jenis pekerjaan itu
dibenarkan syan at, tidak keluar rndari kebiasaan dan tabiat wanita, tidak
mengganggu tanggung jawab pokoknya rnsebagai ibu rumah tangga serta
syarat-syarat lain yang diatur oleh agama. rn
|