BEBERAPA WANITA YANG MENDAPAT PUJIAN ALLAH SWT
Oleh
Muhammad Hadidi
Jurusan Family Law FAI UMM
Sejarah kaum muslim telah mencatat terdapat beberapa nama wanita terpandang
yang di antara mereka ada yang dimuliakan Allah Ta’ala dengan surga,
dan di antara mereka ada pula yang dihinakan Allah Ta’ala dengan
neraka. Pada kesempatan kali ini, marilah kita mencoba menambah pengetahuan
kita dengan mengenal figur beberapa wanita yang dipuji oleh Allah Ta’ala.
Mudah-mudahan apa yang sedikit ini bisa menjadi pelajaran bagi kita.Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Seutama-utama
wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad,
Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim.” (HR. Ahmad).
Dia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat sehingga mendapat
tempaan akhlak yang mulia, sifat yang tegas, penalaran yang tinggi, dan mampu
menghindari hal-hal yang tidak terpuji sehingga kaumnya pada masa jahiliyah
menyebutnya dengan ath thahirah (wanita yang suci). Dia merupakan
orang pertama yang menyambut seruan iman yang dibawa Muhammad tanpa banyak
membantah dan berdebat, bahkan ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat semua orang
mendustakan dan mengucilkan beliau. Khadijah telah mengorbankan seluruh
hidupnya, jiwa dan hartanya untuk kepentingan dakwah di jalan Allah. Ia rela
melepaskan kedudukannya yang terhormat di kalangan bangsanya dan ikut merasakan
embargo yang dikenakan pada keluarganya.
Pribadinya yang tenang membuatnya tidak tergesa-gesa dalam meng-ambil
keputusan mengikuti kebanyakan pendapat penduduk negerinya yang menganggap
Muhammad sebagai orang yang telah merusak tatanan dan tradisi luhur bangsanya.
Karena keteguhan hati dan keistiqomahannya dalam beriman inilah Allah berkenan
menitip salamNya lewat Jibril untuk Khadijah dan menyiapkan sebuah rumah
baginya di surga. Tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu, ia berkata: “Jibril
datang kepada Nabi kemudian berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang
membawa bejana berisi lauk pauk, makanan dan minuman. Maka jika ia telah tiba,
sampaikan salam untuknya dari Rabbnya dan dari aku, dan sampaikan kabar gembira
untuknya dengan sebuah rumah dari mutiara di surga, tidak ada keributan di
dalamnya dan tidak pula ada kepayahan.” (HR. Al-Bukhari).
Besarnya keimanan Khadijah rodhiyallahu
anha pada risalah nubuwah, dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati
Rasulullah sehingga beliau selalu menyebut-nyebut kebaikannya walaupun Khadijah
telah wafat. Diriwayatkan dari Aisyah rodhiyallahu
anha, beliau berkata: “Rasulullah hampir tidak pernah keluar dari
rumah sehingga beliau menyebut-nyebut kebaikan tentang Khadijah dan
memuji-mujinya setiap hari sehingga aku menjadi cemburu maka aku berkata:
Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah menggantikannya dengan yang
lebih baik untuk engkau? Maka beliau marah sampai berkerut dahinya kemudian
bersabda: Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik
darinya. Sungguh ia telah beriman di saat manusia mendustakanku, dan menolongku
dengan harta di saat manusia menjauhiku, dan dengannya Allah mengaruniakan anak
padaku dan tidak dengan wanita (istri) yang lain. Aisyah berkata: Maka aku
berjanji untuk tidak menjelek-jelekkannya selama-lamanya.”
Dia adalah belahan jiwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
putri wanita terpandang dan mantap agamanya, istri dari laki-laki ahli surga
yaitu Ali bin Abi Thalib. Dalam shahih Muslim menurut syarah An Nawawi Nabi
bersabda: “Fathimah merupakan belahan diriku. Siapa yang menyakitinya,
berarti menyakitiku.”. Dia rela hidup dalam kefakiran untuk mengecap manisnya iman bersama ayah dan
suami tercinta. Dia korbankan segala apa yang dia miliki demi membantu
menegakkan agama suami. Fathimah rodhiyallahu
anha adalah wanita yang penyabar, taat beragama, baik perangainya, cepat
puas dan suka bersyukur.
Maryam binti Imran rodhiyallahu
anha
Beliau merupakan figur wanita yang menjaga kehormatan dirinya dan taat
beribadah kepada Rabbnya. Beliau rela mengorbankan masa remajanya untuk
bermunajat mendekatkan diri pada Allah, sehingga Dia memberinya hadiah istimewa
berupa kelahiran seorang Nabi dari rahimnya tanpa bapak. Dan Allah berfirman,
yang artinya: “Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka
Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia
membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya dan kitab-kitabNya; dan dia adalah termasuk
orang-orang yang taat” (QS. At-Tahrim: 12)
Asiyah binti Muzahim rodhiyallahu
anha
Beliau adalah istri dari seorang penguasa yang lalim yaitu Fir’aun
laknatullah ‘alaih. Akibat dari keimanan Asiyah kepada kerasulan Musa, ia harus
rela menerima siksaan pedih dari suaminya. Betapapun besar kecintaan dan
kepatuhannya pada suami ternyata di hatinya masih tersedia tempat tertinggi
yang ia isi dengan cinta pada Allah dan RasulNya. Surga menjadi tujuan akhirnya
sehingga kesulitan dan kepedihan yang ia rasakan di dunia sebagai akibat
meninggalkan kemewahan hidup, budaya dan tradisi leluhur yang menyelisihi
syariat Allah ia telan begitu saja bak pil kina demi kesenangan abadi. Akhirnya
Asiyah meninggal dalam keadaan tersenyum dalam siksaan pengikut Fir’aun.
Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wasalam berkata: “Fir’aun
memukulkan kedua tangan dan kakinya (Asiyah) dalam keadaan terikat. Maka ketika
mereka (Fir’aun dan pengikutnya) meninggalkan Asiyah, malaikat menaunginya lalu
ia berkata: Ya Rabb bangunkan sebuah rumah bagiku di sisimu dalam surga. Maka
Allah perlihatkan rumah yang telah disediakan untuknya di surga sebelum
meninggal.”
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Allah membuat istri
Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya
Rabbi, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkan aku
dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang dhalim” (QS.
At-Tahrim: 11)
(Sumber Rujukan: Ahkamun Nisa’, Ibnul Jauzi. Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani. Tuhfatul Ahwadzi, Al Mubarakfuri.)