BAB
I
PENDAHULUAN
Oleh Muhammad Hadidi
A.
Latar
Belakang
Islam di masa lampau pernah mengalami kejayaan dibidang ilmu pengetahuan dan
hampir menguasai lebih dari setengah wilayah bumi ini. Kemudia pada perkembangannya
mengalami kemunduruan. Kemunduran ini bisa disebabkan oleh bermacam-macam faktor. Salah satunya
bisa disebabkan oleh hal yang mempengaruhi pola hubungan antara masyarakat
Muslim dengan masyarakat yang menganut agama lain.
Pada masa awal agama Islam bisa menjalin hubungan yang harmonis dan bisa
berdampingan dengan agama selain Islam dan bisa diterima dengan baik (maksudnya
setelah penaklukan kota Mekkah pada haji wada’). Kemudian, pada perkembangannya
bersitegang dengan kaum Nasrani dan Yahudi, maka konflik tersebut disebabkan
sekedar oleh kesalahfahaman hubungan sosial yang membawa agama juga atau karena
ada sebab lain. Hal inilah yang menyebabkan penulis menyusun makalah tentang
Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam.
Meminjam teori yang dikemukakan oleh Pitirim Sorokin bahwa ilmu sosiologi
merupakan ilmu mengenai hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala-gejala sosial atau gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial dan
ciri-ciri umum semua gejala-gejala sosial1).
Dari pengertian teori tersebut, penulis mencoba memahami Islam yang ada
dimasyarakat sekarang bila dipandang dari persepektif sosiologi itu seperti
apa.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam pembahasan materi kali
ini penulis ingin lebih menekankan pada beberapa hal yang dianggap penting,
diantaranya.
1.
Bagaimana Islam dan masyarakat saling berkaitan?
2.
Bagaimana perkembangan studi Islam?
3.
Bagaimana metode dan model pendekatan Sosiologis terhadap studi Islam?
4.
Bagaimana model penelitian sosiologis itu sendiri?
C.
Tujuan
Pembahasan mengenai materi
kali ini tujuannnya untuk mengetahui beberapa hal, diantaranya:
1.
Mengetahui keterikatan Islam dan Masyarakat
2.
Memahami Studi Islam yang berkembang dari masa awal muncul hingga
sekarang
3.
Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memahami Islam tidak hanya lewat
pendekatan normatis, tetapi lewat pendekatan historis, salah satunya pendekatan sosiologis
4.
Menganalisis Islam melalui penelitian sosiologi
1)
Soerjono,
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2006), hal 17.
BAB
II
PENDEKATAN
SOSIOLOGIS DALAM STUDI ISLAM
- Islam dan Masyarakat
Islam datang di Indonesia sudah lebih dari lima
abad, meskipun demikian pemahaman dan penghayatan tentang nilai-nilai keagamaan
masih dipengaruhi budaya lokal (cenderung sinkretik). Hal tersebut dikarenakan
historis di Indonesia, bahwasannya Islam datang setelah ajaran Hindu
dan Budha menyebar dan berkembang di Indonesia. Sehingga
patutlah bila nilai kebudayaannya masih mempengaruhi nilai-nilai keislamannya.
Islam pada masa itu mampu diterima di masyarakat Indonesia dan berkembang
sangat pesat dikarenakan cara pendekatannya kepada lapisan masyarakat, baik
lapisan atas maupun bawah dengan menggunakan jalur perdagangan, pernikahan, dan
berdakwah. Sehingga begitu mudah diterima oleh masyarakat Indonesia saat itu.
Pada perkembangannya, Islam tumbuh dan diikuti
dengan cepat. Hal tersebut dapat dilihat dari bangunan yang masih tersisa
hingga saat ini. Seperti bangunan-bangunan masjid yang tersebar hampir ada di
seluruh wilayah di Indonesia ini.
Clifford Geertz orang yang dipandang berhasil
mengkategorikan Islam di Indonesia menjadi tiga golongan, yaitu abangan,
priyayi, dan santri, dalam bukunya
yang berjudul The religion of Java. Kemudian buku itu menjadi rujukan bagi para penulis
sesudahnya. Namun, pengkategorian tersebut mendapat kritikan dari banyak pihak,
karena patokan yang digunakan dianggap tidak konsisten.
Pada perkembangannya, masyarakat dunia saat ini
sepertinya agak tegang bila sudah disinggungkan dengan Islam.
Mungkin ini disebabkan adanya sikap keberagamaan (eksklusivisme, inklusivisme,
pluralisme, eklektivisme, dan universalisme) yang terdapat di masyarakat.
Adanya sikap keberagamaan itu menyebabkan pengikut masing-masing memiliki sikap
kecenderungan terhadap pandangannya tersebut. Sehingga
Islam yang dikenal sebagai “rahmatan lil ‘alamiin” menjadi terkoyak.
Pemahaman mengenai pandangan eksklusivisme yang
memandang bahwa agama yang paling benar adalah agamanya dan menganggap
agama lain salah. Sehingga pemilik paham ini menganggap masyarakat yang menganut agama berbeda dengan agamanya patut
untuk diperangi, karena dianggap telah mensekutukan Tuhannya. Pandangan ini berkebalikan dengan pandangan inklusivisme, inklusivisme
berpandangan bahwa di dunia ini ada agama lain
selain agama yang dipeluknya, juga terdapat kebenaran terhadap ajaran itu,
meskipun tidak seutuh dan sesempurna agamanya.
Di sisi lain para pengikut pandangan pluralisme berpandangan,
bahwa secara teologis agama secara realitas sejajar dengan agama-agama yang
lain. Adapun eklektivisme berpandangan bahwa sikap keberagamaan yang berusaha
untuk mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dianggap baik dan cocok
untuk dirinya sehingga akhir dari sebuah agama adalah mozaik yang bersikaf
elektik. Pandangan terakhir adalah universalisme beranggapan bahwa pada
dasarnya semua agama adalah satu dan sama.
Dari uraian di atas mengenai sikap keberagamaan yang muncul di masyarakat
bisa menyebabkan reaksi sosial tersendiri dikalangan masyarakat, baik kaum
Muslimin sendiri atau dari non-Muslim, maka pantaslah bila hal tersebut
mendorong masyarakat tertarik untuk mempelajari Islam dari aspek lain.
Di negara-negara Barat yang
mayoritas penduduknya Non-Muslim pada beberapa abad lalu sudah tertarik
mempelajari Islam dari aspek sejarahnya, Al-Qur’an, al-Hadis, peradabannya,
atau sosial budayanya.
- Perkembangan Studi Islam
Pendidikan Islam pada masa awal dilaksanakan di masjid-masjid. Mahmud Yunus menjelaskan bahwa
pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekah dan Madinah (Hijaz), Basrah dan
Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir).
Pada masa kejayaan Islam, studi dipusatkan di
ibukota negara, yaitu Bagdad. Di istana
dinasti Bani Abbas pada zaman al-Makmun (813-833), putra Harun ar-Rasyid,
didirikan Bait al-Hikmah, sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan
dengan wajah ganda (sebagai perpustakaan serta sebagai lembaga pendidikan dan
penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab sebagai akselerasi
pengembangan ilmu pengetahuan (Harun Nasution,I,1985:68).
Studi Islam di negeri-negeri non Islam, ada sedikit
variasi. Di Chicago University, misalnya, studi Islam menekankan pada pemikiran
Islam, bahasa Arab, naskah Klasik dan bahasa-bahasa Islam non-Arab. Secara
organisatoris, studi itu berada di bawa pusat Studi Timur Tengah dan Jurusan
bahasa dan kebudayaan Timur Dekat. Di Amerika studi-studinya menekankan pada studi sejarah, bahasa
Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu sosial, berada dibawah pusat
Studi Timur Tengah atau Timur Dekat.
Di London, studi Islam digabungkan dalam school of Oriental and African Studies, fakultas
mengenai studi Ketimuran dan Afrika, yang memiliki berbagai jurusan sastra dan
budaya Asia Afrika.
Di Kanada, studi Islam pertama bertujuan menekuni
kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman nabi Muhammad hingga masa
kontemporer, kedua memahami ajaran Islam dan masyarakat muslim diseluruh dunia,
dan ketiga mempelajari berbagai bahasa Muslim seperti bahasa Persia, Urdu, dan
Turki.
Di Universitas Damaskus, Syiria, yang memiliki banyak
fakultas umum, studi Islam ditampung dalam kulliyatu al-Syaria’ah
(Fakultas syari’ah), yang di dalamnya ada program studi ushuluddin, tasawuf,
tafsir dan sejenisnya.
- Pendekatan Sosiologis terhadap Perkembangan Islam
Sebelum membahas
pendekatan sosiologis lebih jauh, maka akan ada baiknya bila secara singkat
dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari sosiologi itu sendiri.
Auguste Comte
(1798-1853), ilmuwan dari Prancis merupakan orang yang pertama kali memakai
istilah “sosiologi”. Sosiologi, menurut Comte, harus dibentuk berdasarkan
pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi2).
Adapun sosiologi
menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau
ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial3).
Sosiologi merupakan
ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, menyelidiki ikatan-ikatan
antara manusia yang menguasai hidupnya itu, menggambarkan tentang keadaaan
masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial
lainnya yang saling berikatan.
Dengan ilmu ini
suatu fenomena sosial dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang mendorong
terjadinya hubungan, mobilitas sosial
serta keyakinan-keyakinan yang mendasari hal tersebut.
2)
ibid,
hal 5
3)
ibid,
hal 18
Pendekatan
sosiologi melihat agama sebagai objek, baik berupa ajaran khususnya masyarakat
Islam dalam kerangka teori-teori sosiologi. Misalnya, ayat-ayat tentang
fakir-miskin dijelaskan dengan kerangka teori-teori kemiskinan yang terdapat
dalam sosiologi. Contoh lain, menjelaskan
konflik antar umat
beragama dijelaskan dengan faktor-faktor sosial seperti struktur, stratifikasi,
dan interaksinya.
Melalui
pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu
sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Jasa utama sosiologi terletak
pada kemampuannya menjelaskan hal-hal
yang partikular ke dalam konsep yang abstrak dan sederhana –tanpa kehilangan
makna esensialnya- serta melampauibatas-batas keberlakuan disiplin ilmu-ilmu
sosial lainnya.
Dalam perspektif
sosiologis, Islam melihat perkembangan masyarakat dalam kehidupan sosial
terletak sejauhmana semangatnya mamahami
ajaran Islam. Semakin tinggi tingkat pemahamannya terhadap ajaran Islam maka
semakin luas pula daya kreasinya dalam mengimplemtasikan ajaran terhadap
kemajuan sosial. Masyarakat Islam akan menampakkan suatu kemajuan apabila individu-individu
di dalamnya mengembangkan fitrahnya (sumberdaya manusia). Karena itulah
individu akan mencapai kehidupan yang
sejahtera baik di dunia maupun di akhirat jika mampu menyelaraskan kepentingan
hidup yang seimbang.
Ada empat
pendekatan sosiologi yang dipergunakan dalam kerja ilmiah sosiologi3):
1.
Evolusionisme
Mencari pola
perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda.
Contoh :
Paham Wahabi di Indonesia, bagaimana
berkembang sama seperti paham Wahabi di Damaskus, Timur Tengah. Apakah pengaruh
proses globalisasi akan sama mempengaruhi keluarga muslim di negara berkembang
dengan yang ditemui di negara Barat.
2.
Intraksionisme
Memusatkan
perhatian pada interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini terjadi
bisa dengan menggunakan simbol-simbol atau Isyarat.
4)
Mastuhu,
Tradisi Baru Penelitian Agama Islam,(Bandung:Nuansa,2001),hal 109-110.
Contoh :
Bulan-Bintang
merupakan simbol bagi umat muslim, begitu juga dengan adanya masjid (tempat
ibadah mereka), masjid menjadi simbol bahwa masyarakat setempat adalah pemeluk
agama Islam. Adzan digunakan sebagai isyarat (baca: memanggil) bagi kaum muslim untuk
menunaikan ibadah sholat.
3.
Fungsionalisme
Masyarakat
dipandang sebagai suatu jaringan kerja sama satu kelompok yang saling
membutuhkan satu sama lain dalam suatu sistem yang harmonis. Salah satu prinsip teori
fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap
dengan sendirinya.
Contoh :
Hakim berperan dan berfungsi sebagai
penegak keadilan. Ulama berperan sebagai orang yang diikuti ijtihadnya.
4.
Konflik
Merupakan reaksi
keras terhadap pendekatan fungsionalisme di atas. Banyaknya analisa kaum
fungsionalis yang melihat bahwa konflik adalah disfungsional bagi suatu
kelompok. Pendekatan konflik berpendapat, bahwa “ masyarakat itu terikat kerja
sama yang erat karena kekuatan kelompok atau kelas yang dominan. Ia mewariskan
sebuah ketegangan yang terus-menerus dalam sebuah fenomena setiap kelompok ini
memperhatikan dominasinya. Konflik yang sedang berlangsung dengan out-groups
dapat memperkuat identitas para anggota kelompok.
Contoh :
Perang
bertahun-tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat
identifikasi in-group negara Arab dan Israel, atau kaum Protestan dan
Katolik di Irlandia Utara menjadikan negara tersebut lebih kuat dari
sebelumnya. Hal itu karena konflik menjalankan fungsi positif dalam memperkuat
identitas in-group.
- Model Penelitian Sosiologis dalam Studi Islam
Penelitian
sosial atau social research pada
umumnya dikaitkan pada masalah-masalah yang lebih abstrak sifatnya. Penelitian
ini mempergunakan cara berfikir yang dalam jangka waktu lebih panjang. Dan
berusaha memperoleh perspektif-perspektif yang lebar, agar orang mendapatkan
prosedur dan teori-teori yang akurat.
Riset sosial sangat berkepentingan
dengan berbagai konsep ilmiah (yang didukung
oleh data empiris) mengenai pelbagai masalah sosial dan aspek kehidupan,
seperti: konflik-konflik budaya,macam-macam bentuk kontrol sosial, proses
asimilasi, adaptasi sosial, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh proses
urbanisasi, sektarianisme dengan segala aspeknya, dinamika kelompok-kelompok
sosial tertentu dan macam-macam gejala sosial lainnya.
Riset
sosial lebih menitik beratkan pada pengembangan pengetahuan mengenai kehidupan
manusia dan mencoba memahami suatu sektor dari tingkah laku manusia dan satu
faset dari lingkungan sosial.
Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja
atau metode, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif 5).
1.
Metode kualitatif
Metode
kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau
dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut
tedapat dengan nyata di dalam masyarakat. Yang termasuk dalam metode ini yaitu
metode historis, metode komparatif, dan metode studi kasus. Dalam penjelasannya
bahwa
a.
Metode historis menggunakan analisis terhadap peristiwa-peristiwa dalam
masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
b.
Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam
masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan
persamaan-persamaan serta sebab-akibat.
c.
Metode studi kasus (case study) bertujuan untuk mempelajari
sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat.
2.
Metode kuantitatif
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan
angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan
mempergunakan skala-skala, indeks, tabel, dan formula-formula yang semuanya mempergunakan
olmu pasti atau matematika. Yang termasuk dalam metode ini yaitu:
5)
Soekanto,
Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006), hal
42-44
a.
Metode Statistik
Metode yang menggunakan cabang ilmu
matematik yang membahas data baik secara deskriptif berkenaan dengan ihktisar dan rekapitilasi,
seperti ukuran-ukuran tendensi sentral, penyebaran, dan relasi, maupun secara
inferensial berkenaan dengan sampling, signifikasi (penting dan berartinya)
data, dan kesalahan-kesalahan observasi. (James P. Chaplin,1981)
b.
Sociometry
Sociometry mempergunakan skala-skala
dan angka-angka untuk mempelajari hubungan-hubungan antarmanusia dalam
masyarakat. Jadi Sociometry adalah himpunan konsep-konsep dan
metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubungan-hubungan
antar
Manusia
dalam masyarakat secara kuantitatif.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari utaian
diatas jelaslah bahwa :
1.
Bahwa pendekatan Sosiologis memandang Islam sebagai
objek yang memang tujuan awal Islam diturunkan untuk masyarakat
2.
Melalui pendekatan sosiologis, perkembangan Islam
bisa dipahami dengan mudah dan dibuktikan dengan sangat akurat karena
“peristiwa di sosiallah yang berbicara secara nyata”
3.
Dengan
ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang
mendorong terjadinya hubungan, mobilitas
sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari hal tersebut.
4.
Melalui peneletian metode kualitatif, Islam bisa
dilihat dengan nyata keberadaan dan perkembangannya. Sedangkan melalui
penelitian metode kuantitatif, Islam bisa dilihat dengan dijelaskan melalui
angka-angka, tabel, dan kurva.
- Saran
Hal-hal yang
dianggap penting bagi penulis buat para pembaca.
1.
Uraian diatas masih perlu adanya pengkajian secara
mendalam lagi, sehingga mahasiswa Syari’ah mampu memahami Islam secara utuh,
sempurna serta benar.
2.
Mahasiswa Syari’ah setelah mempelajari pendekatan
sosiologis dalam studi Islam, diharapkan tidak hanya melihat dari satu sisi
ketika menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat, tetapi memandang secara
menyeluruh terlebih dahulu baru mengambil kesimpulan.
Daftar Pustaka
Soekanto,
Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ishomuddin.2009.
PowerPoint Materi Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Malang.
Mastuhu,
dkk.2001.Tradisi Baru Penelitian Agama
Islam;Tinjauan Antardisiplin Ilmu.Bandung;Nuansa.
Hakim, Nur.2004.Metodologi Studi Islam.Malang;UMM Press.
Hakim, Atang
Abdullah dan Jaih Mubarak.1999.Metodologi
Studi Islam.Bandung;PT Remaja Rosdakarya.
Mudzhar,
Atho.2004.Pendekatan Studi Islam dalam
Teori dan Praktek.Yogyakarta;Pustaka Pelajar Offset.
Poloma, Margaret
M.1984.Sosiologi Kontemporer.Jakarta;CV
Rajawali.
Kartono,
Kartini.1990.Pengntar Metodologi Riset Sosial.Bandung;Penerbit Mandav
Maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar