MSI
METODOLOGI STUDY AGAMA-AGAMA
Dosen
Pengampu
Drs.
Moh. Nurhakim M.si
Disusun
Oleh :
Moh. Hadidi
Uswatun hasanah
Jurusan
Syariah
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah MSI dengan judul “ Metode penelitian
agam-agama.”. Merupakan salah satu
tugas diskusi kelompok mahasiswa matakuliah Metodologi Studi Islam. Dan tidak
kalah pentingnya untuk memperluas pengetahuan tentang ilmu perbandingan agama
serta lebih mengetahui bagaimana perkembangan, metode pendekatan penelitian
agama-agama yang sangat berbeda-beda dari agama yang yang satu dengan agama
lainya.
Bahan kajian dalam makalah ini digali dari berbagai
sumber mulai dari sumber elektronik maupun sumber tertulis di buku. Materi yang
disampaikan dalam makalah ini, kami gali dari sumber-sumber tersebut walaupun
banyak perubahan dari penulis dalam memasukkan ide untuk bertujuan untuk
menyederhanakan, supaya mudah di pahami dan mengerti khususnya bagi penulis
umumnya bagi kita yang membaca.
Tak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
terselesaikannya makalah ini. Adapun untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, kiranya saran dan
pendapat yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Tak ada gading
yang tak retak. Begitu pula penulis meminta maaf atas kesalahan yang disengaja
maupun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Agama adalah suatu keseluruhan integral yang
dapat dibandingkan dengan suatu makhluk hidup yang berkembang menurut
hukum-hukum yang seharusnya dan bersifat pasti. Karena itu agama dapat
dinamakan suatu organisme rohani atau organisme sosial dalam aspeknya yang
paling lahiriah.
Sebagaimana yang telah kita ketahui,
ilmu perbandingan agama merupakan ilmu baru
yang kelahiranya bersamaan dengan kelahiran ilmu-ilmu sosial modern. Metode
yang digunakanpun sebagaimana metode yang digunakan dan di terapkan dalam
ilmu-ilmu sosial modern, hal ini juga banyak yang beranggapan bahwa ilmu
perbandingan agama tidak mempunyai metode tersendiri dan bahkan ilmu
perbandingan agama itu sebenarnya termasuk ilmu sosial modern.
Dalam hal ini anggapan di atas tidak sepenuhnya
benar, baik ditinjau dari segi motodenya maupun dari mengklasifikasinya, metode
yang berlaku dalam perbandingan agama, disamping memakai motode ilmu-ilmu
sosial modern, juga metode filsafat, dan motode teologis atau metode teks suci,
tergantung pada aspek apa yang akan kita teliti, siapa yang meneliti, dan apa
tujuan penelitan yang kita maksud, serta
kepentingan apa penelitian yang kita adakan.
2.
Rumusan
Masalah
a. Bagaimanakah
perkembangan penelitian Islam dan agama-agama lain?
b. Bagaimanakah
perkembangan studi dalam perbandingan Agama?
c. Apa
metode pendekatan dalam perbandingan Agama?
d. Bagaimana
model penelitian dalam perbandingan Agama?
3.
Tujuan
Penelitian
a. Untuk
mengetahui perkembangan penelitian Islam dan agama-agama lain
b. Untuk
mengetahui perkembangan studi dalam perbandingan Agama
c. Untuk
mengetahui metode pendekatan,dan penelitian dalam perbandingan Agama.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Islam
dan Agama-agama Lain
Untuk lebih memudahkan kita dalam melihat
perbedaan antara agama islam dengan agama-agama lain. Maka di bawa ini penulis
membuat tabel beberpa agama yang ada di dunia yang yang penganutnyapun sangat
banyak sebagai berikut. Bila dipandang dari segi sejarahnya sebagai berikut
:
Perihal
|
Islam
|
Yahudi
|
Nasrani/kristen
|
budha
|
Hindu
|
Asal
usul nama tuhan
|
Allah
|
Langsung dari yudha atau yehuda
|
Dari nama bangsa (nazaret) dan
nama gelar yesus (kristus)
|
Dari nama tempat gautama
|
Pendirinya budha hindustan
|
Konsep
tuhan
|
Tauhid
|
Asal tauhid berubah jadi faham
chauvinisme
|
Asal tauhid di ubah jadi trinitas
|
Tidak jelas
|
Trimurti
|
Kitab
|
Al-qur’an
|
Talmud
|
Bibel
|
Tripitakan
|
Wedda
|
Status
kitab
|
Asli
|
Tidak asli
|
Buatan paulus
|
Renungan budha
|
Berisi mantra 2
|
Nabi
|
Muhammad
|
Musa
|
Isa
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Status
Nabi
|
manusia
|
Manusia
|
Tuhan
|
Tidak punya nabi
|
Tidak punya nabi
|
Pembawa
Agama
|
Muhammad
|
Musa
|
Isa
|
Sidarta gautama
|
Tidak ada
|
Penyebar
|
Sahabat-ulama
|
Rahib
|
Paulus-pendeta
|
Biksu
|
Pendeta
|
Sifat
Agama
|
Universal
|
Eksklusif
|
Universal
|
Tidak universal
|
Tidak universal
|
Missi
|
Da’wah
|
Bukan missi
|
Missi
|
Bukan missi
|
Bukan missi
|
Perubahan
dari asal
|
Tidak berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Agama Islam, sejarah mencatat bahwa ia
adalah agama yang diturunkan melalui Nabi yaitu Muhammad Saw. Berdasarkan kitab
sucinya yaitu Al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa arab. Islam diturunkan bukan
untuk satu bangsa saja melainkan untuk seluruh bangsa secara universal.
Sedangkan agama lain ada yang hanya diturunkan untuk satu bangsa saja seperti
yahudi untuk ras yahudi saja.
B. Perkembangan
Ilmu Perbandingan Agama
Tidak
diragukan lagi kalau ilmu perbandingan agama modern sudah dimulai oleh Max Muller, lebih kurang satu abad yang
lampau. Pada tahun 1856 terbit bukunya yang pertama Comparative Mithology, dan
pada tahun 1870 menyusul diterbitkan Introduction to the Sience of Religion.
Penerbitan buku tersebut diikuti dengan pemberian kuliah yang berjudul
Asal-Usul Dan Pertumbuhan Agama Sebagaimana digambarkan dalam Agama-agama India
di tahun 1878. Babak awal studi tersebut diwarnai oleh antusias yang sangat kuat,
keinginan yang sungguh-sungguh untuk memahami agama yang lain, dan oleh
kebutuhan yang bersifat spekulatif.
Di anatara keanekaragaman bentuk pengalaman
keagamaan mitologi memperoleh perhatian yang istimewa. Karena penelitian bahasa, sejarah, dan filsafat
pada masa itu masih campur aduk, sementara teology mulai diabaikan.
Istilah-istilah science of religion dimaksudkan untuk menunjukkan pemisahan
ilmu baru tersebut dari filsafat agama dan terutama dari theologi. Ada dorongan
kuat untuk mulai memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti teks-teks
suci yang dalam beberapa hal menurut berbagai macam tradisi keagamaan suku,
bangsa, dan masyarakat yang berbeda-beda.
Periode kedua Der Historismus ketika perang dunia pertama meletus terjadi
beberapa perubahan penting. Historisisme yang menguasai abad itu, secara
berangsur mulai surut meskipun penelitian-penelitian bahasa, sejarah, dan
psikologis masih berlanjut dan metode positivistis tetap bertahan di beberapa
tempat. Ernst Troeltsch, yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai pembimbing
dan tokoh aliran sejarah agama, secara jelas menyinggung masalah tersebut dalam
karya utamanya, Der Historismus. Arus sejarah yang melarutkan setiap fenomena
tidak dapat memberikan norma-norma bagi kepercayaan dan perbuatan, padahal
kehidupan tanpa norma-norma semacam itu dirasakan bukan sebagai kehidupan yang
layak.
ketiga yang telah dikemukakan di
atas tak pelak lagi telah banyak terjadi kerja sama internasional di antara
kalangan para sarjana Eropa, Asia dan Amerika. Penelitian-penelitian sejarah
perkembangan ilmu perbandingan agama yang dilakukan oleh Jordan, Lehmann, Pinard de la Boullaye, dan yang lebih
kemudian oleh Puech, Mensching, Widengren, dan Masson-Oursel
telah melihatkan keluasan kerja sama ini. Sarjana-sarjana Asia yang turut
berperan serta dalam usaha ini, khusus yang menyandang nama Muslim, Hindu,
China dan Jepang patut memperoleh perhatian istimewa di samping nama-nama besar
para sarjana Birma, Siam, Pilipina, Negara-negara Arab, Pakistan, Indonesia.
Lagipula para peneliti Barat sudah mulai menyadari pentingnya dukungan
para peneliti lain yang betul-betul dibesarkan dalam tradisi keagamaan
non-Kristen, agar benar-benar dapat disimpulkan sebuah peniliaian yang tepat
dalam memahami fenomena yang dipelajari. Pada masa positivisme, uraian-uraian
yang “Asli” seringkali diacuhkan bahkan diragukan. Hanya cara cermat Barat saja
yang dapat diterima. Jelas bahwa keinginan para sarjana Timur untuk mengambil
alih cara-cara penelitian Barat yang sistematis itu akan lebih menjanjikan
sumbangan-sumbangan yang berharga bagi pengembangan ilmu kita ini.
Kerja sama ini tetap dipelihara baik melalui sejumlah Konfrensi
Internasional sejarah agama. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri bahwa suasana
politik dan pengaruh Perang Dunia kedua yang besar telah menimbulkan banyak
kesulitan untuk mempertahankan standar yang telah dirumuskan dalam
pertemuan-pertemuan sebelumnya dilihat dari segi universitas dan pentingnya
topic-topik yang telah dibicarakan.
C.
Pendekatan
dan Metode
Dalam pembahasan dikemukakan bahwa penelitian
agama adalah penelitian tentang agama dalam arti ajaran, bilief (sistem
kepercayaan) atau sebagai fenomena budaya, dan agama dalam arti keberagaman
, perilaku beragama atau sebagai fenomena sosial. Karena itu, diperlukan teori
ilmiah yang relevan untuk penelitian agama. Dalam pembahasan ini, teori-teori
ilmiah itu digunakan sebagai pendekatan sekaligus sebagai model dalam
penelitian agama. Teori ilmiah itu meliputi teologi (ilmu-ilmu keagamaan),
sosiologi, antropologi, psikologi, fisologi, sejarah dan filsafat. Pendekatan
yang ilmiah yang relevan untuk penelitian agama digambarkan dalam skema
pendekatan ilmiah penelitian sosial agama. Dalam prakteknya, sebuah penelitian
agama dapat menggunakan satu pendekatan saja atau beberapa pendekatan, baik
yang bersifat disipliner, interdisiplin, maupun multidisiplin.
- Pendekatan teologis
Dalam Encyclopaedia
of religion and Religions, dikatakan bahwa teologi adalah ilmu yang
membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, namun
seringkali diperluas mencakup seluruh bidang agama. Dengan demikian teologi
memiliki pengertian luas dan identik dengan ilmu agama itu sendiri.
Menurut Darmaputera, teologi selalu bertitik
tolak dari sebuah asumsi dasar, bahwa Allah yang kita percayai adalah Allah
yang berfirman, Allah yang menyatakan kehendak-Nya, disepanjang masa bagi
seluruh umat manusia dimana saja. Firman dan kehendak-Nya itu adalah mengenai
kebenaran dan keselamatan serta kesejahteraan menusia bahkan seluruh ciptaan.
Firman dan kehendaknya itu berlaku bagi siapa saja, dimana saja, dan kapan
saja. Oleh karena itu siapa pun yang mendambakan kebenaran, keselamatan dan
kesejahteraan harus sungguh-sungguh memperhatikan dan memberlakukan firman
serta kehendak Allah itu. Teologi bertolak dari keyakinan itu dan befungsi
untuk mencari serta merumuskan kehendak Allah yang menyelamatkan,
mensejahterakan, seta merupakan norma kebenaran itu. Dari mana manusia mampu
merumuskan kehendak Allah dan bagaimana agar manusia mampu beraksi dalam
menyelamatkan dan mensejahterakan diri dan sesamannya.
Pendekatan teologi dalam studi agama adalah
pendekatan iman untuk merumuskan kehendak Tuhan berupa wahyu yang disampaikan
kepada para nabi-Nya agar kehendak Tuhan itu dapat dipahami secara dinamis
dalam konteks ruang dan waktu. Karena itu pendekatan teologis dalam studi agama
disebut juga pendekatan normatif dari ilmu-ilmu agama itu sendiri. Secara
umum metode teologis/normative dalam studi agama atau dalam rangka menemukan
pemahaman pemikiran keagamaan yang lebih dapat dipertanggung jawabkan secara
normatif idealistik.
2. Pendekatan sosiologis
Sosiologi agama dirumuskan secara luas
sebagai suatu studi tentang interelasi dari agama dan masyarakat serta
bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka. Anggapan para sosiolog
bahwa dorongan-dorongan, gagasan-gagasan, dan kelembagaan agama mempengaruhi
dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh kekuatan kekuatan sosial adalah tepat.
Jadi
seseorang sosiolog agama bertugas menyelidiki bagaimana tata cara masyarakat,
kebudayaan dan pribadi-pribadi mempengaruhi agama sebagaimana agama itu sendiri
mempengaruhi mereka. Kelompok-kelompok yang berpengaruh terhadap agama,
fungsi-fungsi ibadat untuk masyarakat, tipologi dari lembaga-lembaga keagamaan
dan tanggapan-tanggapan agama terhadap tata duniawi, interaksi langsung dan
tidak langsung antara sistem-sistem religius dan masyarakat, dan sebagainya
termasuk bidang penelitian sosiologi agama.
3. Pendekatan Antropologi
Sosiologi dalam sejarahnya digunakan untuk
mengkaji masyarakat modern, sementara antropologi mengkhususkan diri terhadap
masyarakat primitif. Antropologi sosial agama berkaitan dengan soal-soal
upacara, kepercayaan tindakan dan kebiasaan yang tetap dalam masyarakat sebelum
mengenal tulisan yang menunjuk pada apa yang dianggap suci dan supranatural.
Sekarang terdapat kecenderungan antropologi tidak hanya digunakan untuk
meneliti masyarakat primitif, melainkan juga masyarakat yang komplek dan maju
menganalisis simbolisme dalam agama dan mitos, serta mencoba mengembangkan
metode baru yang lebih tepat untuk studi agama dan mitos. Antropologi agama
memandang agama sebagai fenomena kultural dalam pengungkapannya yang beragam,
khususnya tentang kebiasaan, peribadatan dan kepercayaan dalam
hubungan-hubungan sosial.
Dalam melakukan pendekatan yang
menjadi penelitian dengan pendekatan antropologi agama secara umum adalah
mengkaji agama sebagai ungkapan kebutuhan makhluk budaya yang meliputi:
1) Pola-pola
keberagamaan manusia dari perilaku bentuk-bentuk agama primitif yang
mengedepankan magic, mitos, animisme, totenisme, paganisme pemujaan terhadap
roh, dan polyteisme, sampai pola keberagamaan masyarakat industri yang
mengedepankan rasionalitas dan keyakinan monoteisme.
2)
Agama dan pengungkapannya dalam bentuk mitos, simbol-simbol, ritus, tarian
ritual, upacara pengorbanan, semedi, selamatan.
3)
Pengalaman religius, yang meliputi meditasi, doa mistisisme, sufisme.dll
4. Pendekatan Psikologi
Psikologi agama adalah studi mengenai
aspek psikologis dari perilaku beragama, baik sebagai individu (aspek
individuo-psikologis) maupun secara berkelompok atau anggota-anggota dari suatu
kelompok (aspek sosio-psikologis). Aspek psikologis dari perilaku beragama
berupa pengalaman religius, seperti:
1)
Ketika seseorang berada dalam puncak spiritual, seperti Mi’rajnya Nabi
menghadap sang Kholiq, atau ketika seseorang Muslim khusyu’ dalam sholatnya,
atau orang kristiani dalam doa dan nyanyian.
2)
Ketika seseorang menerima wahyu/ ilham atau mendengarkan suara hati, ketika
berkomunikasi dengan sang Kholiq, yang ilahi dan supranatural.
5.
Pendekatan
Sejarah
Sejarah agama, secara ekstrem dapat dikatakan
agama dan keberagamaan adalah produk sejarah. Al-qur’an sebagian besar berisi
sejarah dan ilmu-ilmu keislaman. Peradaban islam berkembang sedemikian rupa
dalam konteks sejarah. Karena itu tepat apabila dikatakan bahwa sejarah
bagaikan mata air yang tidak akan pernah kering untuk diambil manfaatnya.
Sejarah Islam merupakan bagian dari ilmu-ilmu keislaman yang amat penting
diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan Islam.
Berikut beberapa fokus penelitian
agama dengan menggunakan pendekatan sejarah:
1)
Penelitian sejarah tentang tokoh berpengaruh dalam suatu agama atau gerakan
keagamaan. Penelitian model ini besa berupa otobiografinya, pemikirannya,
tindakan-tindakannya,, pergumulan hidupnya.
2)
Penelitian sejarah mengenai naskah atau buku. Penelitian model ini menekankan
pada substansi naskah atau buku untuk dianalisis, baik analisis kritis,
perbandingan, maupun analisis sekedar eksplorasi.
3)
Penelitian sejarah mengenai suatu konsep sepanjang sejarah penelitian model ini
bisa berupa salah satu naskah, kitab suci atau perkembangan pemikiran dari
waktu ke waktu.
4) Penelitian
arsip, yaitu penelitian tentang sejarah, baik individu, kelompok, organisasi,
masyarakat maupun bangsa dengan melihat arsip-arsip resmi. Penelitian model ini
banyak dilakukan oleh Snouk Hurgronye tentang aceh maupun Islam di Indonesia.
Demikian rekonstruksi gejala sosial
keagamaan dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Sebaliknya, gejala
sosial keagamaaan dapat dijelaskan dengan pendekatan sejarah. Perlu ju ga
disampaikan bahwa berbagai disiplin ilmu sosial-politik seperti politik,
sosiologi, ekonomi, dan antropologi dapat melakukan penelitian dengan
pendekatan sejarah. Artinya, mereka berusaha membuktikan teori (secara
deduktif) atau menemukan teori (secara induktif) dengan menggunakan informasi
yang diperoleh dari sejarah.
D.
Model
Penelitian
Menurut ahli perbandingan agama Asal indonesia A. Mukti Ali,
apabila kita ingin memahami sebuah agama maka kita harus mengidentifikasi lima
aspek yaitu konsep ketuhanan, pembawa agama atau Nabi, kitab suci, sejarah agama, dan tokoh-tokoh
terkemuka agama tersebut.
Model
penelitian serta klasifikasi metode penelitian dapat dibedakan berdasarkan
tujuan penelitian, jenis data yang dikumpulkan, serta sumber data. Berdasarkan
tujuan yang hendak dicapai, penelitian dapat dibedakan menjadi: (a)
eksploratif, (b) deskriptif, (c) historis, (d) kerelasional, (e) eksperimen,
(f) kuasi-eksperimen. Berdasarkan sumber data, penelitian dapat dibedakan
menjadi (a) penelitian lapangan dan (b) penelitian kepustakaan. Selain itu,
penelitian dapat dibedakan menurut jenis data dan kepustakaan. Selain itu
penelitian dapat dibedakan menurut jenis data dan proses penelitian menjadi (a)
penelitian kuantitatif dan (b) penelitian kualitatif.
1.
Metode
Penelitian Eksploratif
Penelitian eksploratif dapat digunakan untuk mengamati gejala keagamaan
yang sedang terjadi, atau gejala keagaman yang terjadi di maasa lalu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian eksploratif, dapat dikembangkan
berbagai penelitian lain, seperti penelitian histories, deskriptif,
kerelasional dan eksperimen. Karena itu, penelitian eksploratif sering disebut
penelitian pendahuluan.
2.
Metode
Penelitian Sejarah
Bila gejala keagamaan terjadi dimasa lampau dan
peneliti berminat mengetahuinya, maka peneliti dapat melakukan penelitian
sejarah yakni melakukan rekonstruksi terhadap fenomena masa lampau baik gejala
keagamaan yang terkait dengan masalah politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Bagaimana peran pesantren dan kiyai dalam melakukan perlawanan terhadap tentara
belanda dalam agresi militer kedua (tahun 1984)?. Sejarah ini belum terlalu
lama berlalu sehingga masih banyak saksi hidup. Karena itu, untuk
merekonstruksinya, peneliti dapat melakukan wawancara mendalam dengan pelaku
sejarah dan saksi hidup. Juga dapat melakukan telaah kepustakaan, seperti
Koran, majalah, arsip, dokumen-dokumen pribadi dan lain sebagainya.
3.
Metode
Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif ialah sebuah penelitian yang bertujuan menggambarkan gejala sosial,
politik, ekonomi dan budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif
berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan. Penelitian deskriptif berbeda
dengan penelitian eksploratif, penelitian eksploratif belum memiliki variabel
yang menjadi fokus pengamatan, karena peneliti belum banyak memperoleh
informasi tentang gejala keagamaan tersebut. Sedangkan penelitian deskriptif
sudah memiliki variabel yang menjadi fokus pengamatan. Dalam penelitian
deskriptif variabel yang menjadi fokus pengamatan boleh lebih dari satu, sesuai
minat peneliti.
Dari model-model penelitian
keagamaan diatas muncul pertanyaan bagi kita semua, apakah dari model-model
penelitian keagamaan diatas bisa bermanfaat bagi agama islam? Atau justru dapat
mengkaburkan agama islam itu sendiri? Sebuah pertanyaan yang patut kita
renungkan bersama.
4.
Metode
Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional ialah penelitian yang berusaha menghubungkan atau mencari hubungan
antara satu variabel dengan variabel lain. Karena itu, dalam penelitian
korelasional dikenal adanya variabel bebas (variabel yang diduga mempengaruhi
variabel lain) dan variabel terikat (variabel yang diduga dipengaruhi oleh
variabel bebas). Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat
dibuktikan dengan data lapangan (baik secara kualitatif maupun kuantitatif) dan
data hasil studi kepustakaan ,atau gabungan antara studi lapagnan dengan hasil
studi kepustakaan. Contohnya: Hubungan pendidikan agama denga ketaatan
beragama buruh pabrik di wilayah serang dan cilegon, Banten.
5.
Metode
Penelitian Eksperimen (Fenomena)
Suatu fenomena dalam kehidupan
sosial keagamaan seringkali terjadi bukan disebabkan oleh satu variabel
melainkan akibat dari berbagai variabel secara simultan. Penelitian korelasional
hanya menelaah salah satu atau beberapa variabel bagi terjadinya suatu fenomena
sosial. variabel-variabel itu dipilih berdasarkan telaahan logis atau
berdasarkan teori tertentu. Penelitan tersebut akan membuktikan sejauh mana
variabel yang dipilih memiliki hubungan dengan terjadinya suatu fenomena sosial
keagamaan; atau sejauh mana variabel-variabel tersebut memberi pegnaruh bagi
terjadinya fenomena keagamaan tertentu.
Daftar Pustaka
________ Drs. Atang Abd. Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok, Metodologi
Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, cet. Kesepuluh, hal. 55.
________ Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi
Islam, Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005, cet.I, hal. 118.
_________A.
Mukti Ali, metode memahami agama islam, Jakarta: Bulan bintang, 1991,
hal. 37-38.
__________Abdullah,
Taufik (ed),Metodologi penelitian Agama,
Sebuah Pengantar,( Yogyakarta), Tiara Wacana 1989.
___________
W.W. W. HTML , Blog Spot com, Perkembangangan ilmu perbandingan agama,
Oleh : Baiq Hasna Putro.
____________Romdon,
Drs.MA, “Metodologi Ilmu Perbandingan
Agama” Jakarta. PT. Raja Grafika
Persada,1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar