Tidak Ada Manusia Yang Sempurna
[Muhammad Hadidi]
Mahasiswa Syariah
Universitas muhammadiyah Malang
|
Allah Subhanahu wa Ta'ala
menciptakan makhluk hidup dengan berpasang-pasangan. Allah jua yang
menciptakan rasa saling tertarik kepada lawan jenis dan saling membutuhkan
sehingga dengan itu dapat saling mengasihi dan mencintai untuk mendapatkan
ketenangan dan kecintaan disamping melahirkan keturunan dalam kehidupannya.
Untuk itulah Islam memerintahkan umatnya untuk melangsungkan pernikahan
apabila telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
Bila
berbicara masalah pernikahan maka tidak terlepas dari individu-individu yang
akan melaksanakannya. Sebagai manusia yang normal, adalah hal yang wajar jika
mempunyai kriteria yang ideal terhadap calon pasangan hidup yang diinginkan.
Misalnya bagi laki-laki yang normal akan menginginkan calon istri wanita yang
berparas ayu lagi cantik, dari keluarga kaya, berotak pintar, keturunan orang
baik-baik, berakhlak mulia, pandai berbaul, serta bisa membantu mencari
nafkah, dan sebagainya. Begitu juga wanita ingin punya suami yang ganteng,
kaya, sabar, pinter, bertanggung jawab, setia, berakhlak memikat, dan
sebagainya.
Akibat
kriteria yang terlalu tinggi ini, tidak sedikit laki-laki atau perempuan yang
lebih senang membujang, karena kesulitan untuk mencari pasangan hidup yang
diinginkan. Orang-orang yang dikenalnya tidak sesuai dengan keinginan dan
dambaannya, mereka lebih baik menunda nikah daripada melaksanakan sunnah Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Sering
kita lupa … bahwa tidak ada seorang pun yang diciptakan oleh Allah Subhanahu
wa Ta'ala dengan sempurna, sekalipun Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam, akan tetapi beliau ma’sum karena terpelihara dari segala
kesalahan (dapat teguran langsung dari Allah jika melakukan kesalahan).
Sedangkan
manusia pada umumnya adalah makhluk yang mempunyai banyak kelemahan, di
antaranya yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut dalam Al Qur’an :
“Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisa’ : 28)
Manusia
diciptakan Allah suka keluh kesah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala :
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. Al Ma’aarij : 19)
“Yaitu
orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan
menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka … .” (QS. An Nisa’ : 37)
Allah Subhanahu
wa Ta'ala yang menciptakan manusia dengan aneka ragam bentuk anggota
badan, berbagai bentuk paras wajah, dan berbagai kepribadian yang kesemuanya
ini tidak ada yang sama, sekalipun dua anak kembar dari satu sel, Subhanallah.
Ada yang berparas ayu, manis, bahkan sangat cantik. Juga ada yang berwajah
sedang, tidak ayu, bahkan jelek. Ada pula lelaki yang bertubuh besar tinggi,
kekar, atau gadis yang anggun dan tinggi semampai. Ada yang anggota tubuhnya
sempurna juga ada yang kurang bahkan tidak sempurna. Ada yang berkulit putih,
kuning langsat, sawo matang, merah, bahkan hitam pekat. Semua ciptaan Allah
dan Allah juga yang telah menyediakan pasangannya.
Memang
ada manusia yang mencakup 4 kriteria yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam sebagai kelebihan dalam dirinya. Cantik/tampan, dari
keluarga yang mampu dan kaya, keturunan orang baik-baik, dan baik Dien-nya
(agamanya). Jika kita diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala pasangan
yang seperti ini maka seharusnyalah kita banyak bersyukur kepada-Nya karena
sangatlah jarang kita dapati di masa sekarang ini. Walaupun demikian tetap
tidak akan terlepas daripada kekurangan yang ada pada sisi lain.
Dengan
sifat kebijakan Allah Ta’ala dan keadilan-Nya, Dia tuntunkan pada
hamba-Nya dalam mencari pasangan hidup. Ditekankan pada hal Dien-nya
(agamanya). Seseorang tidaklah selalu memiliki paras cantik, tidak semua
dilahirkan dari keturunan yang baik, dan tidaklah banyak yang dari keluarga
kaya. Akan tetapi untuk menjadi orang yang baik agamanya, semua orang dapat
memilikinya bagaimanapun keadaannya, tak terkecuali. Dimuliakannya seseorang
dalam hal agamanya, karena faktor keimanan dalam hatinya.
Kesimpulannya
tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Apakah tidak ada makhluk Allah
yang sempurna? Jawabnya, ada. Makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang
sempurna adalah yang ada di Surga, yaitu para bidadari dan wildan. Mereka
diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai pasangan untuk manusia di
Surga. Bidadari tersebut berparas sangat cantik, montok-montok, selalu harum
baunya, dan selalu dalam keadaan gadis. Tidak ada kekurangan padanya.
Gambaran bidadari di Surga banyak kita dapati dalam Al Qur’an. Di antaranya :
“Mereka
bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan
bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (QS. Ath Thuur : 20)
“Dan
(di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. Laksana mutiara
yang tersimpan baik.”
(QS. Al Waqi’ah : 22-23)
“Di
dalam Surga-Surga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar Rahman : 70)
Mereka
disiapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk para hamba-hamba-Nya
yang beriman, yang selalu mengekang hawa nafsunya di dunia ini, dan menjalankan
perintah-Nya. Wallahu A’lam Bis Shawab.
Ibnatu
Abu Hasan.
Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam
Setelah
kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada
umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah
tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan
untuk selama-lamanya sampai akhir hayat kita.
Muslim
atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi
membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam.
Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan
cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah
menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam
hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan
menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami
atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi
nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap
pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.
Lalu
bagaimanakah supaya kita selamat dalam memilih pasangan hidup untuk
pendamping kita selama-lamanya? Apakah kriteria-kriteria yang disyariatkan
oleh Islam dalam memilih calon istri atau suami?
A.
Kriteria Memilih Calon Istri
Dalam
memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :
1. Hendaknya calon istri memiliki
dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama
akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
Dari
Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah
perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam
hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta,
keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.
Demikian
pula Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Dan
janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun ia menarik hatimu … .”
(QS. Al Baqarah : 221)
Sehubungan
dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :
“Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah
buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula) … .”
(QS. An Nur : 26)
Seorang
wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut
agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
sebagaimana firman-Nya :
“Maka
wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
Sedang
wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
“Dunia
adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
2. Hendaklah calon istri itu
penyayang dan banyak anak.
Nabi Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
Dari
Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : " …
kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh
Ibnu Hibban)
Al
Waduud berarti
yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai
banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk
menikahinya.
Sedang Al
Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam
memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :
a. Kesehatan fisik dan
penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui hal itu
dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita
yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu
melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat
menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri
secara sempurna.
b. Melihat keadaan ibunya dan
saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk
wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan
seperti itu.
3. Hendaknya memilih calon istri yang
masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.
Hal ini
dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di
antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan
menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan
menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan
mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan
sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali
melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala
dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya
karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami
yang kedua. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjelaskan
sebagian hikmah menikahi seorang gadis :
Dari
Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda
Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah
bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain
dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”
4. Mengutamakan orang jauh (dari
kekerabatan) dalam perkawinan.
Hal ini
dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit
yang menular atau cacat secara hereditas.
Sehingga
anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang
tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya.
Di
samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat
ikatan-ikatan sosial.
B.
Kriteria Memilih Calon Suami
1. Islam.
Ini
adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon
suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat
dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
“ …
dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita
Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik
dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka,
sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran.”
(QS. Al Baqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa
depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam
memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Apabila
kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai
maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi
fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
Islam
memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar
takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak
menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan
kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang
layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan
karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)
Laki-laki
yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan
keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana
memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya
serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan
kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan
kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan
kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan
nafkah.
Jika dia
merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia
segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yaitu
:
Dari
Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat
(perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan
lainnya yang ia sukai.”
(HR. Muslim)
Sehubungan
dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al
Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah
puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya
maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan
mendzaliminya.”
Untuk
dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati
kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya,
misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.
Demikianlah
ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam
dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar
selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Wallahu A’lam Bis Shawab.
By.
Muhammad Hadidi, Malang 22 januari 2012
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar