Konservasi Kampoeng Djawa Berbasis Kearifan
Lokal
Kawasan Pembelajaran dan Wisata Kampus
Merespon
gejala nasional dan internasional dengan keberadaan lingkungan yang sudah semakin
kritis, maka harus ada aksi nyata yang tidak hanya sekedar wacana yang ternyata
tidak ada tindakan. Maka berangkat dari sinilah Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) yang
sebagai lembaga pengabdian masyarakat milik UMM, menggalakkan program Konservasi
Kampoeng Djawa dengan wahana konservasi kolam pancing dan flying fox yang
dikemas dalam sebuah Kawasan Wisata dan Konservasi. Kawasan yang di buka untuk
umum ini bekerja sama dengan Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) yang berdiri di
bawah naungan PSLK.
Berdirinya
kawasan ini bermula dari keinginan PSLK dan tim TEB untuk
memberikan satu kawasan kecil dalam merespon perubahan lingkungan dan melakukan
suatu program pendidikan untuk pembentukan budaya lingkungan. Maka PSLK bersama tim TEB melakukan rehabilitasi
lahan yang sebelumnya adalah lahan gersang, dengan tanah berbatu dan penuh
padang rumput. Lahan yang berpusat di bagian selatan stadion ini akhirnya
dimanfaatkan sebagai tempat konservasi.
Hal
tersebut disampaikan
oleh Wahyu Prihanta, ketua Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK).
Selanjutnya Wahyu menambahkan bahwa untuk kawasan konservasi itu sendiri
sebagai sarana untuk mendidik orang lain tanpa harus diajari, “Misalnya saja dengan
adanya peraturan tidak boleh merusak tumbuhan, hewan, tidak boleh membuang sampah jadi
kita melatihnya dari tempat itu, orang itu kan kalau dibiasakan seperti itu
akan muncul budaya,” jelas dosen jurusan biologi ini.
Sementara itu, Donny Eko Priyanto selaku ketua Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) juga mengatakan selain
mengadakan kawasan konservasi ditengah kampus UMM, tim ini juga bergerak dalam
penanaman tanaman tumbuhan sekitar jalan raya atau tumbuhan tepi jalan di kawasan kota batu. Dikarenakan banyaknya penebangan tanaman
tepi jalan. “Yang melindungi, mempertahankan serta memperjuangkan adalah tim
TEB dan sekarang sudah keluar UU tentang larangan penebangan tanaman tepi jalan dan akhirnya Peraturan
Daerah (Perda) nya
juga sudah dikeluarkan” papar mahasiswa semester delapan ini.
Desain Jawa Menjadi Ciri Khas
Program konservasi yang baru ditetapkan 15 Februari 2012
lalu oleh Mursidi, Pembantu Rektor II ini dibangun untuk mengenang
orang-orang jawa zaman dulu dan dibangun memang berdasarkan desain jawa masa lalu yang menjadikan ciri khas utama sebagai Kawasan
Kampoeng Djawa, di kawasan ini kita meniru bagaimana orang-orang jawa zaman dulu mengelola
pekarangannya, bagaimana tentang perilaku orang jawa. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh
Mifatkhul Jannah, salah satu anggota TEB sekaligus pengelola kawasan
konservasi. Dia menambahkan, biasanya orang-orang jawa zaman dulu tidak ingin membiarkan
pekarangannya kosong maka ditanami apa saja yang bisa dimanfaatkan, seperti halnya menanam singkong, cabe,
papaya, jahe, ketela
dan banyak lagi yang lainnya, “Jadi kalau misalnya mau memasak tinggal memetik dari pekarangannyas
endiri tidak perlu lagi
membeli di pasar,” tutur mahasiswi alumnus jurusan Pendidikan Biologi ini.
Di Kawasan Kampoeng Djawa ini juga disediakan tempat
penginapan yang didesain seperti rumah jawa zaman dulu yang terbuat dari bambu.
Tempat ini biasanya dijadikan tempat inap untuk anak-anak TEB ketika mengelola kawasan
ini, selain itu dalam rumah jawa
ini juga terdapat kompor djawa zaman dulu yang memakai kayu bakar. Namun kata Miftakhul setelah di analisis ternyata
kompor ini juga memiliki sebuah kelebihan,
salah satunya adalah abu bekas kayu bakar ini bisa digunakan sebagai pupuk kemudian asapnya mampu mengawetkan
bambu-bambu rumah, “Karena disini kita ingin menerapkan teknologi pedesaan
zaman dulu,”
papar perempuan asal lumajang ini.
Beragam Flora dan Fauna
Pelestarian lingkungan yang berbasis kearifan lokal Jawa
ini juga terdapat sebuah tempat rumah pohon yang fungsinya bisa digunakan sebagai tempat perkuliahan,
kunjungan dan tempat konservasi. Sedangkan disini juga tersimpan beragam flora
dan fauna, terdapat tumbuhan-tumbuhan lokal dan spesies-spesies hewan khas
Indonesia. Dalam konservasi ini semua hewan adalah pemakan tumbuhan dan biji.
”Kalau pemakan daging kan susah sekali, kalau misalnya kita telat memberi makan
nanti malah temannya yang di makan“ Ungkap Miftahul saat dikunjungi di tempat
konservasi.
Disinikarakternya yang dibangun.Setiap habitat di dalamnya dibiarkan tumbuh dan
berkembang secara alami, mereka dibiarkan berkeliaran di kawasan. “Inilah yang
menjadi konsep utama Konservasi Kampoeng Djawa,” tambahnya.
Tempat
konservasi yang dirasakan sangat menarik. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh
Laila Khoirotun Nisa. Dia mengungkapkan tempat ini terasa nyaman dan indah
dalam membudidayakan hewan dan tumbuhan, “Tempat ini merupakan salah satu cara
untuk melestarikan fauna negeri Indonesia meski dalam skala kecil” jelas
mahasiswa jurusan agroteknologi itu.
Berbeda
dengan Laila, Nur Karimah mahasiswa asal Ciamis ini mengatakan bahwa kawasan
ini mengajarkan tentang kesederhanaan orang jawa jaman dulu, “Sayangnya, banyak
pula mahasiswa yang belum sepenuhnya mengetahui tempat konservasi ini,”
keluhnya.
Belajar Sekaligus Berwisata
Selain membangun konservasi, tempat ini juga dijadikan sebagai tempat wisata kampus sekaligus untuk wisata pembelajaran bagi pengunjung. Untuk pengunjung sekolah
yang resmi dari berbagai kota dari usia TK, SD, SMP dan SMA untuk saat ini sudah
mencapai 20 lebih. Dalam pembelajarannya, anak TK akan diberi materi yang sederhana, kalau anak
SD dan SMP maka akan diberitahukan tentang manfaat dan bagaimana tumbuhan dan hewan berperan dalam kehidupannya,
serta sesuai kurikulum yang ada. Setelah bermain sambil belajar kemudian akan di ajari untuk memberikan makan kepada hewan, cara menanam
dengan memberikan sedikit materi kemudian dilanjutkan untuk ke tempat konservasi
kolam pemancingan, setelah itu ke tempat flying fox serta berkeliling kampus. “Biasanya
anak-anak akan bosan kalau hanya untuk belajar saja makanya makanya ditambah
flying fox dan ke tempat pemancingan agar mereka bisa bermain sambil belajar,”
ujar Miftakhul mengakhiri. M_nik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar