Walaupun efek yang ditimbulkan
penyakit al-‘isyq sangat hebat dan sulit melepaskan diri dari jeratannya
namun bukanlah suatu hal yang mustahil apabila penderitanya bisa sembuh dan
selamat dari penyakit ini. Ibnul Jauzi rahimahullah
berkata: “Sesungguhnya obat itu mujarab bagi orang yang menerimanya. Adapun
orang yang yang mencampuradukkannya niscaya obat itu tidak berguna baginya. “
Maka orang yang benar-benar ingin sembuh, dia harus berupaya berobat. Namun
jika tidak, niscaya penyakit akan tetap bercokol bahkan bisa jadi bertambah
parah.
Berikut ini beberapa terapi
yang dapat menyembuhkan dari mabuk asmara:
- Ikhlas kepada Allah.
Jika seseorang yang terkena penyakit al-‘isyq benar-benar ikhlas dan
menghadapkan wajahnya kepada Allah dengan tulus, niscaya Allah akan
menolongnya dengan cara yang tiada pernah terlintas di hatinya. Dia akan
menyingkirkan segala penghalang menuju jalan taubat.
- Berdo’a. Merendahkan
diri kepada Allah, secara tulus menyerahkan diri kepada-Nya, ikhlas, dan
memohon kepada-Nya dengan segala kerendahan agar disembuhkan dari
penyakit.
- Menahan pandangan.
Ketika seorang hamba menahan pandangannya maka hati turut menahan
syahwat dan keinginannya
- Banyak berpikir dan
berdzikir. Hendaklah setiap orang senantiasa ingat bahwa seluruh
perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban. Seharusnya ia berpikir
bahwa perbincangan dengan kekasihnya akan ditanyakan nanti di hari
kiamat. Hendaklah dia berpikir betapa malu dirinya kelak ketika Allah
mencela perbuatannya.
- Menjauh dari orang
yang dicintainya, sebab memisahkan diri dan menjauh akan mengusir
bayangan orang yang dicintai dalam hatinya. Hendaklah ia bersabar
menanggung perpisahan beberapa saat walaupun sulit pada awalnya. Seiring
dengan waktu, seluruh masalah akan menjadi mudah.
- Menyibukkan diri
dengan hal-hal yang bermanfaat. Sebab, mabuk cinta adalah karena
kesibukan hati yang kosong. Hatinya akan dipenuhi bayang-bayang
kekasihnya. Tetapi ketika ia sibuk dengan hal-hal lain maka cintanya
akan memudar, rindunya akan hilang dan akhirnya ia dapat melupakannya.
- Menikah, sebab
pernikahan itu mencukupi segalanya, penuh berkah dan menjadi solusi.
Jika orang yang dicintainya adalah wanita yang mungkin dinikahinya maka
hendaklah ia menikahinya. Jika sulit menikahinya hendaklah memohon
kepada Allah untuk memudahkannya. Jika ia tak bisa menikahinya karena
sebab-sebab tertentu, maka hendaklah ia bersabar dan memohon kepada
Allah agar diberi jalan keluar.
- Menengok orang sakit,
mengiringi jenazah, menziarahi kubur, melihat orang mati, berpikir
tentang kematian dan kehidupan setelahnya.
- Senantiasa menghadiri
majelis ilmu, duduk bersama orang-orang zuhud dan mendengar kisah-kisah
orang shalih.
- Memangkas
habis ambisi dengan membuang rasa putus asa disertai dengan keinginan keras
untuk dapat menundukkan hawa nafsu.
- Selalu konsisten
menjaga sholat dengan sempurna, menjaga kewajiban-kewajiban sholat, baik
berupa kekhusyukan dan kesempurnaannya secara lahir dan bathin.
- Menjaga kharisma agar
tidak jatuh kepada kedudukan yang hina dina, tidak jatuh dalam perbuatan
yang tercela dan segala bentuk yang dapat menghalangi keutamaan.
Orang-orang yang memiliki harga diri tidak pernah mau terikat menjadi
budak sesuatu. Lihat saja, betapa hawa nafsu menyebabkan orang-orang
mulia menjadi hina.
- Menjaga
kemuliaan diri, kesucian dan menjaga kehormatannya. Hal ini akan membuat
seseorang jauh dari perkara yang akan meruntuhkan harga dirinya ataupun
yang akan menjatuhkan martabatnya.
- Membayangkan
cela yang terdapat pada diri orang yang dicintainya. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya manusia penuh dengan najis dan kotoran. Dan orang yang
dimabuk cinta melihat kekasihnya dalam keadaan sempurna. Karena cinta,
ia tidak dapat melihat aib kekasihnya. Sebab hakikat segala sesuatu
dapat disingkap dengan timbangan yang adil. Sementara yang menjadi
penguasa atas dirinya adalah hawa nafsu yang zhalim. Itu akan menutupi
seluruh cela hingga akhirnya orang yang dilanda cinta melihat kekasihnya
yang jelek menjadi jelita. “
- Memikirkan
akan ditinggal pergi orang yang dicintainya, baik ditinggal mati atau
ditinggal pergi tanpa keinginannya atau ditinggal karena sudah bosan.
- Memikirkan akibat
perbuatannya. Orang yang berakal adalah orang yang dapat menimbang
apakah cintanya itu akan melahirkan kenikmatan ataukah kesengsaraan.
- Hendaknya orang yang
ditimpa ujian seperti ini mengetahui bahwa ujian hidup merupakan sebab
munculnya nilai keutamaan seseorang. Jika dia bersabar maka akan
tampaklah keutamaannya, sempurnalah kemuliaannya dan derajatnya akan meningkat
kepada level yang lebih tinggi.
- Memikirkan betapa
banyak hal-hal yang bermanfaat menjadi luput disebabkan menyibukkan diri
dengan cinta seperti ini. Orang-orang yang mulia lebih mengutamakan
santapan akalnya, walaupun tabi’atnya berusaha menggiringnya kepada
syahwat jasmani.
- Melihat konsisi para
pemabuk cinta. Bagaimana derita yang mereka tanggung. Bagaimana hidup
mereka yang dikucilkan oleh masyarakat. Betapa berantakan segala urusan
dunia dan akhirat mereka. Bandingkanlah orang-orang yang menghabiskan
hidup untuk cinta buta dengan orang-orang yang memiliki cita-cita yang
tinggi dan luhur dan keinginan yang kuat.
Demikanlah di
antaranya obat-obat yang dapat menangkal dan menyembuhkan penyakit mabuk
asmara. Seperti yang telah disebutkan di atas, semua obat ini tidak akan
manjur bila yang melakukannya tidak berusaha dengan sungguh-sungguh ingin
sembuh dari penyakitnya. Kita bermohon kepada Allah agar menjauhkan kita dari
jalan-jalan kehancuran dan membimbing kita kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam
*Diringkas
dari kitab Al-‘isyq, Bila Hati Dimabuk Cinta karya Muhammad Ibrahim Al-Hamd,
penerbit Pustaka At Tibyan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar