Belajar Menjadi Lerawan…!!!!!
Muhammad Hadidi
Bencana alam. Kata ini seakan “melekat” erat di
telinga warga Indonesia. Dalam sepuluh tahun belakangan ini, negara yang
memiliki beribu-ribu pulau yang terbentang dari Sabang (Aceh) sampai Merauke
(Papua) ini mengalami bencana alam yang amat dahsyat. Terhitung ada lebih dari tiga
bencana alam dahsyat yang mengguncang negeri ini. Mulai dari gelombang Tsunami
di akhir tahun 2004, kemudian gempa hebat di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Belum
lagi peledakan bom oleh para teroris di Bali dan Jakarta. Belum lama ini
terjadi gempa di Papua dan sekitarnya. Serta
bencana-bencana alam yang lain yang tentunya tidak semenakutkan bencana tadi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa dengan terjadinya bencana seperti itu, banyak orang yang
kemudian menjadi korban. Mulai dari korban yang sudah meninggal di tempat
kejadian, luka-luka baik berat ataupun ringan, bahkan korban yang masih selamat
dari bencana. Ada juga korban yang shock gara-gara keluarganya tidak ada
yang selamat dari kejadian itu.
Dengan kondisi di atas, maka wajib bagi “negara”
untuk sesegera mungkin menindaklanjuti bencana itu. Pekerjaan yang menanti bagi
merekapun bermacam-macam. Ada yang tugasnya mengevakuasi korban yang sudah
meninggal di tempat, adapula yang harus berjibaku menyelamatkan korban yang
terluka. Maka, hal ini dibutuhkan sebuah profesi khusus dalam melaksanakan
pekerjaan ini. Mereka tidak hanya dibekali sebuah keberanian, akan tetapi juga
dalam hal mengorganisasikan. Tidak hanya tindakan secara praktis atau
pragmatis, namun lebih ditekankan dalam hal sistematis dan fungsional. Tidak
ada upah atau gaji bagi mereka yang melakukan amal ini, atas dasar keikhlasan
menjadi pedoman dan kunci utama. Orang-orang dengan dedikasi, loyalitas dan
rasa kemanusiaan tinggilah yang pantas menjabat profesi ini, yakni sang
relawan.
Melihat kewajiban-kewajiban yang terasa amat berat
bagi sang relawan, maka dirasa perlu untuk mendidik dan mengajarkan cara dan proses
mengevakuasi korban bencana alam. Tidak semua orang bisa melakukan ini, karena
dibutuhkan suatu keikhlasan. Pendidikan ini nantinya menjadi sebuah bekal
khusus ketika mereka akan terjun ke dunia kerja, yakni dunia yang berinteraksi
dengan bencana alam. Sehingga penanganan-penanganan korban bencana akan lebih
efektif dan efisien. Efektifnya dilihat dari ketepatan pekerjaannya. Dengan
dibantu oleh semakin banyak relawan, maka tugas seorang polisi dalam hal ini
menjadi lebih berkurang. Sedangkan efisien, berarti menghemat tenaga-tenaga
yang ada. Karena relawan ini merupakan pasukan negara yang bekerja atas dasar
keikhlasan. Seorang relawan juga dituntut untuk selalu siap sedia dan siap
siaga kapanpun dan dimanapun. Ketika terjadi sebuah bencana secara tiba-tiba,
maka polisi langsung menggerakkan pasukan relawan tersebut untuk membantu
menangani dan mengevakuasi korban yang ada.
Oleh karena itu, di awal perlu adanya program
khusus dari pemerintah dalam hal pendidikan evakuasi korban bencana, baik dari
segi persiapan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penyelesaiannya. Pendidikan
yang dimaksud ini tak hanya berguna saat terjadi bencana, tetapi dalam jangka panjang lebih menekankan pada
pendidikan moral. Kenapa dikatakan bermoral, karena kata kunci dari pendidikan
ini adalah keikhlasan. Sehingga, selain untuk menangani bencana alam hal ini
sangat bermanfaat bagi diri pribadi yang kemudian menjadi pedoman hidup. Semoga
program-program ini menjadi manfaat yang amat terasa bagi seluruh warga
Indonesia, baik bagi pemerintah sebagai Ikon negara, maupun rakyat yang selalu
membutuhkan tuntunan dari Ikon tersebut. Sebesar dan seburuk apapun bencana
yang terjadi nantinya, akan lebih cepat ditangani jika relawan itu telah siap
untuk terjun ke lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar